Selama ini Pegawai Negeri sering identik dengan mindset lamban, sulit maju, minim inovasi dan nepotisme. Tapi tahukah anda bahwa salah satu menteri penuh prestasi di era Jokowi berlatar belakang PNS?
Siapa mengira Menteri PUPR Basuki Hadimuljono ternyata dulunya adalah PNS. Presiden Jokowi bahkan menyebutnya sebagai Daendels-nya Indonesia pada 2018, karena kepiawaian Pak Bas dalam menyelesaikan proyek infrastruktu. Baik yang dirancang maupun yang mangkrak.
Sebagai lulusan Teknik Geologi UGM Pak Bas diterima menjadi PNS di Kementerian Pekerjaan Umum. Pak Bas kemudian memperoleh beasiswa untuk melanjutkan studi ke Colorado State University dan memperoleh gelar Doctor in Philosophy.
Sekembalinya dari Amerika, Pak Bas merupakan satu-satunya pegawai Kementerian PU lulusan S3 saat itu. Kariernya pun perlahan pasti menanjak. Hingga akhirnya menjadi Dirjen Perencanaan Tata Ruang. Semasa menjadi PNS, Pak Bas terbukti sangat berprestasi. Pernah menjadi Ketua Kelompok Kerja Rehabilitasi Pasca Tsunami Aceh, Penanggulangan Kerusakan Jalan Tol Purbaleunyi, Tim Nasional Penanggulangan Kerawanan Pangan Yahukimo-Papua, Penanggulangan Lumpur Sidoarjo.
Pada Oktober 2014, Presiden Jokowi melantik Pak Bas sebagai Menteri dan memimpin Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) pada Oktober 2014. Ia menjadi menteri pertama perintis suatu kementerian baru hasil merger. Misi yang diberikan kepada Basuki pun cukup berat, mengingat pembangunan infrastruktur merupakan salah satu fokus utama pemerintahan Jokowi.
Tapi bukan Pak Bas bila tak siap menghadapi tantangan. Bagi Pak Bas misi seorang menteri adalah mengimplementasikan visi Presiden itu. Bila visi Presiden tidak tercapai, yang salah pembantunya, bukan Presidennya, demikian menurut Pak Bas. Pak Bas pun segera menyusun prioritas kerja di Kementerian tersebut. Prioritas pertama berkaitan dengan ketersediaan pangan, Kementerian PUPR akan membenahi irigasi untuk pertanian. Membangun bendungan dan saluran irigasi.
Prioritas kedua adalah membangun infrastruktur untuk konektivitas antar daerah di seluruh Indonesia. Prioritas ketiga adalah membangun perumahan, ketersediaan air bersih dan sanitasi yang baik. Selain itu Kementerian PUPR juga bekerjasama dengan Kementerian Pariwisata untuk menunjang kesiapan 10 Destinasi Prioritas Pariwisata Indonesia dalam membuka akses, air bersih dan sanitasi.
Berhasilkah Pak Bas mewujudkan misi yang diberikan Presiden tersebut?
Pada tahun 2020, kementerian PUPR yang dipimpin Pak Bas mampu mewujudkan pembangunan 65 waduk dan bendungan di Indonesia. Kapasitas tampungan air meningkat menjadi 16 milyar kubik per tahun. Tak hanya mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan ini juga mengendalikan banjir. PUPR berhasil membangun jaringan irigasi baru seluas 860 ribu hektar serta lebih dari satu juta hektar rehabilitasi jaringan irigasi.
Atas prestasinya ini, Pak Bas dianugerahi gelar doktor kehormatan dari Institut Teknologi Bandung. Pembangunan infrastruktur yang masif saat ini tidak terlepas dari peran Pak Bas, demikian pertimbangan Tim Promotor ITB.
Sampai saat ini, Kementerian PUPR berhasil membangun 1.852 km tol baru. Prestasi ini di benak masyarakat Indonesia sangat lekat dengan Pak Bas. Inilah yang kemudian membuat Presiden Jokowi menjulukinya ‘Daendels baru’. Sebagaimana Pak Bas, Daendels dulu merintis jalan dari Anyer sampai Panarukan, Jawa Timur.
Pak Bas juga membangunan aneka jembatan berbentang Panjang, termasuk Jembatan Merah Putih di Ambon. Aneka flyover, termasuk flyover Antapani yang menggunakan teknologi canggih CMP.Serta 14 jembatan gantung modern.
Di bidang perumahan dan permukiman, PUPR berhasil membangun sistem pengelolaan air minum (SPAM) Umbulan, yang mampu melayani pasokan air bersih perpipaan pada 5 kota dan kabupaten di Jawa Timur. Pembangunan 44 ribu unit Rusun, 473 ribu unit Rumah Swadaya, 22 ribu unit Rumah Khusus di seluruh Indonesia. Dibangun pula, 33 venue, Perpustakaan Apung di Tambak Lorok Semarang, serta pemanfaatan Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA). Semua prestasi ini akan sulit dicapai Menteri-menteri lain.
Menurut Pak Bas, kinerja luar biasa ini tak lepas dari pengalamannya selama lebih dari 30 tahun di Kementerian PUPR. Pak Bas menjadi pembeda bagi PNS yang selama ini melekat dengan citra malas belajar, malas bekerja keras, dan minim inovasi. Menjawab hal tersebut, Pak Bas mencontohkan tentang hal ia anggap terberat selama bekerja: hal-hal yang berkait pembebasan tanah. Tapi ia tak mau melihatnya sebagai masalah, melainkan melihatnya sebagai sebuah tantangan. Tantangan untuk memikirkan cara-cara problem solving dan bekerja sama dengan berbagai pihak. Membangun jaringan komunitas yang baik.
Pak Bas pun tak pernah menganggap pekerjaannya berat, meski sejak menjadi menteri ia menghabiskan hari kerjanya di kantor, istana, dan berbagai proyek di seluruh Indonesia nyaris hampir setiap hari. Pak Bas mengaku tak lelah berkeliling Indonesia. “Kadang mungkin orang mengira saya kerja banget, ke sana ke mari, lelah. Padahal, bagi saya kan jalan-jalan setiap hari,” celetuk Pak Bas diikuti tawa.
“Kebetulan saya mendapatkan pekerjaan yang saya cintai dan itu tidak banyak dijumpai oleh orang lain. Jadi saya suka sampaikan ke teman-teman, kerjakan yang kamu cintai. Kalau tidak ada yang kamu cintai untuk dikerjakan, maka cintailah apa yang sedang kamu kerjakan. Baru mendapatkan kepuasan,” demikian kiat Pak Bas.
Selain itu, saat bekerja Pak Bas berpegang pada dua hal, yaitu trust (kepercayaan) dan loyalitas. “Kalau mendapat trust dari atasan maka saya harus loyal,” kata Pak Bas. Tugas bawahan hanya bekerja. Sedang kewajiban atasan adalah memperhatikan anak buah. Diperhatikan adalah hak anak buah.
“Saya punya hak untuk minta anak buah bekerja dengan baik, kalau anak buah sudah mendapatkan perhatian. Itu yang selama ini saya pakai. Siapa pun atasan saya, sikap saya loyal dan trust,” tambah Pak Bas.
Bagi Pak Bas dirinya bukan politisi. Ia hanya birokrat, karena lebih dari 32 tahun bekerja dalam pelayanan publik. Pak Bas merasa tak paham politik. Hanya fokus pada bekerja. Tidak heran, dua bulan setelah menjadi menteri, Pak Bas berani menghubungi Bakrie Group, perusahaan yang bertanggungjawab atas semburan lumpur panas Lapindo. Perusahaan tersebut diberi waktu 4 tahun untuk melunasi utang, atau aset mereka akan diambil alih. Pemerintah pun setuju memberikan pinjaman sebesar USD 62 juta untuk kompensasi para korban.
Bekerja profesional, tanpa tendensi politik. Itu salah satu kiat untuk profesional dan sukses ala Pak Bas. Kiat yang membuat Kementerian yang dipimpinnya selalu berhasil melampaui target yang ditetapkan, sehingga menjadi tolok ukur bagi kementerian-kementerian lain.
Prestasi-prestasi Pak Bas adalah cermin integritas. Nilai yang kini kian langka. Integritas Pk Bas ternyata bukan hanya dalam hal kinerja. Rumah Pak Bas pernah digusur karena adanya proyek pembangunan jalan tol Becakayu. Namun, walaupun Pak Bas seorang menteri di Kementerian PUPR, ia tetap merelakan penggusuran rumah kesayangannya demi kepentingan umum, yakni pembangunan proyek jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu.
Pak Bas, seorang Menteri sangat berprestasi yang belum tentu lahir setiap saat di Indonesia. Rendah hati, tak gemar menonjolkan diri, sebagaimana peribahasa Jawa sepi ing pamrih, rame ing gawe. Seorang hebat yang memilih menghabiskan waktu luangnya untuk fotografi atau bermain band sebagai drummer band kesayangannya yang Bernama lucu: Elek Yo Band. Tak menghiraukan hiruk pikuk politik di sekelilingnya.
Betapa berbedanya dengan banyak politisi di Indonesia….
Vika Klaretha Dyahsasanti