
Tagar #AnnisaPohanHedon’ mendadak ramai di Twitter malam ini, Jumat, 30 Juli 2021. Tagar itu dipenuh cuitan-cuitan tentang Nyonya AHY yang disebut-sebut kedapatan membeli sepatu Chanel di Paris. Warganet mengkritik Annisa yang lebih memilih membeli sepatu Chanel ketimbang membantu rakyat di tengah musibah pandemi ini.
“Apel Batu rasanya manis, paling cocok buat hantaran. Sepatu Chanel beli di Paris, dikantongin takut ketahuan,” tulis akun @vita_AVP1.
“Barang branded? Yes. Bantu rakyat?…..” tulis akun @Raibputeribulan.
“Emang beda kelas istri Agus mantan mayor belanjanya aja di Paris.” Tambah akun @aniesbaubadan.
“Hati nuranimu dimana wahai putri hambalang?” tulis akun @PutroLawu7.
Akun @pandhoe77 bahkan membandingkan Annisa dengan Ibu Negara Iriana Joko Widodo:
“IBU NEGARA vs ISTRI KETUM
.
.
Bukan antipati sm hidup mewah, tapi buat mereka yg berani hidup sederhana itu pasti udh bisa mengendalikan dirinya melalui proses panjang pengalaman hidup, hedonisme & nafsu mengejar harta bukan lagi tujuan!”
Tagar ini semakin rame saat warganet kreatif berhasil membuat aneka meme lucu tentang Annisa. Termasuk memparodikan iklan jamu menjadi Nyonya Nyinyir.
Annisa lagi, Annisa lagi. Tingkah polahnya kini dianggap lebih serupa artis pesohor daripada kandidat ibu negara. Membuat banyak orang bertanya, masih pantaskah ia menjadi kandidat ibu negara? Bicara soal ‘kandidat ibu negara’ rasanya terlalu prematur. Perjalanan masih panjang. Suaminya masih harus melalui banyak perjuangan berliku untuk menuju ke sana, dan Annisa pun masih harus menghadapi aneka tantangan untuk mempertahankan pernikahnnya agar tak terguncang badai.
Sebenarnya alangkah baiknya bila Annisa mulai berlatih menjadi pejabat publik sejak sekarang. Mencoba menjadi Ibu RT dulu juga boleh. Mengadakan bakti sosial dengan berbagi sembako, misalnya. Anggap saja satu RT terdiri dari 40 keluarga. Bantuan sembako sederhana minimalis tapi manis biasanya berupa beras 5 liter, gula, minyak, sarden dan mi instan. Bisa dalam dalam bungkus biru berlambang partai, dengan wajah Annisa tersenyum manis. Harga paket itu bisa jadi cuma sekitar 150 ribu rupiah. Sehingga uang yang perlu dirogoh Annisa untuk satu RT cuma enam juta rupiah saja. Harga sepatu Chanel yang diiklankan penjualnya sebagai original di Tokopedia bahkan mencapai dua belas juta rupiah, jauh di atas biaya paket sembako untuk satu RT. Itu pun belum tentu asli juga. Tidak heran bila warganet menjerit keras: Annisa Hedon. Annisa terlihat jauh dari peka di tengah pandemi ini.
Kata ‘hedon’ diambil dari bahasa Yunani, yaitu ‘hedone’, yang artinya kesenangan. Mereka yang gemar dan hanya mengutamakan kesenangan dalam hidupnya kemudian disebut hedonis. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjelaskan hedonisme adalah pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup.
Dalam artikel Pengertian Hedonisme beserta Penyebab dan Dampaknya karya Andre Kurniawan diulas dampak yang muncul dari perilaku hedonisme cenderung negatif. Seseorang yang memiliki perilaku dan gaya hidup hedonisme cenderung menganggap diri sendiri lebih penting dari orang lain. Mereka juga konsumtif dan egois. Biasanya lebih mementingkan diri sendiri tanpa mempedulikan orang lain. Para hedonis juga kurang bertanggung jawab dan boros. Dan dampak terparah hedonisme adalah korupsi. Salah satu dampak hedonisme yang sering terjadi pada seseorang ialah kebiasaan korupsi.
Semakin jelas mengapa warganet menjerit melihat perilaku hedonis Annisa Pohan. Apalagi nama Annisa Pohan baru-baru ini sukses meramaikan media sosial karena terlalu nyinyir dengan wacana vaksin dan mendapat komen telak dari warganet sebagai anak koruptor. Reaksi negatif ini membuat Annisa kemudian membuat puncak blundernya. Ia salah mengutip nomor ayat AlQuran saat bicara tentang fitnah lebih kejam dari pembunuhan.
Sampai di sini kita semua pasti bingung, siapa yang memfitnah dan siapa yang difitnah. Kita semua tahu, Ayah Annisa, Aulia Pohan divonis bersalah oleh Pengadilan Tipikor pada 17 Juni 2009 dengan hukuman 4,5 tahun. Aulia dinilai bersalah dalam kasus penyelewengan dana Yayasan Pengembangan Perbankan Indonesia (YPPI) sebesar Rp 100 miliar pada 2003. Tentu bukan fitnah bila warganet mengatakan ia anak koruptor. Dan menjadi wajar bila perilaku hedonis Annisa Pohan dianggap potensial memacu Annisa mengulangi kesalahan yang dilakukan ayahnya, melakukan korupsi.
Kasus-kasus perseteruan Annisa Pohan versus warganet ini merefleksikan pandangan umum masyarakat tentang ibu negara yang mereka idam-idamkan. Dan kelihatannya keriteria itu tak dapat dipenuhi oleh sosok cantik Annisa Pohan. Menjadi ibu negara, tak cukup hanya cantik, karena tugas ibu negara bukan ‘maju mundur cantik’.
Sejarah Indonesia tak pernah mencatat ibu negara nyinyir. Sejak zaman Presiden Sukarno hingga Ibu Iriana, termasuk pula saat ibu mertua Annisa masih menjadi ibu negara. Ibu Tien Soeharto tak pernah terlihat di depan umum membahas politik apalagi mengecam lawan politik Pak Harto. Meski konon Ibu Tien terkenal dengan peran besarnya di belakang layar. Hingga pernah ada julukan Mrs. Ten Percent, untuk memplesetkan kata Tien. Ibu Ani pun tak pernah mengkritisi lawan politik SBY, meski tercatat beberapa kali agak emosional membela suaminya.
Bahkan Hillary Clinton, tokoh besar di Amerika sana, saat menjadi ibu negara pun menjaga jarak dengan masalah-masalah pemerintahan, meski kita semua tahu Hillary seorang pengacara cerdas Amerika dan di kemudian hari menjadi calon presiden dari Partai Demokrat. Mungkin saat menjadi ibu negara, Hillary berpura-pura bodoh, karena tahu, tak pantas mencampuri urusan pemerintahan. Seperti juga suami kanselir Jerman Angela Merkel yang tak pernah terlihat membahas politik. Mereka semua tahu menjaga batas dengan yang bukan urusannya.
Bila Ibu Fatmawati menjahit bendera pusaka, Annisa Pohan hanya mau memakai busana jahitan butik ternama. Betapa berbedanya… Ibu Ainun seorang dokter, dan memilih untuk berada di belakang layar. Ibu Shinta Nuriyah seorang aktivis sekaligus peneliti masalah-masalah perempuan. Saat menjadi ibu negara Beliau pun menjaga jarak dengan pekerjaan suaminya sebagai Presiden. Kenyinyiran Annisa terasa menakutkan bagi sebuah negara demokratis seperti Indonesia. Ia potensial menjadi otoriter. Sesuatu yang membuat kita teringat pemerintahan represif yang berujung pada ditutupnya kran demokrasi.
Intinya, masyarakat menyukai ibu negara yang bersahaja serta tak bermain di ranah politik. Apalagi ikut campur dalam pemerintahan. Lebih disukai yang banyak melakukan kerja sosial dan filantropi. Hingga saat ini, itu semua belum diperlihatkan oleh sosok Annisa Pohan yang konon sudah gemas sekali ingin jadi ibu negara. Bahkan kita dibuat cemas melihat seorang istri pensiunan mayor gemar berbelanja barang mewah. Berapa sih besarnya pensiunan seorang mayor? Bagaimana ia mendanai hobi mewahnya? Dan bagaimana bila kelak hobi mewahnya melebihi pendapatan presiden? Bahkan mungkin Annisa tidak tahu bila ‘bergaya hidup mewah’ itu bertentangan dengan sila kelima Pancasila.
Ssst.. jangan nyinyir… ntar diblokir.