Jokowi vs SBY: Siapa yang Lebih Berprestasi Mengelola Olahraga?

Indonesia kembali merebut Piala Thomas setelah menunggu selama 19 tahun. Drama kemenangan Anthony Ginting dan teman-teman tersebut segera saja mengharu biru masyarakat Indonesia yang memang telah lama merindukan kembalinya prestasi olahraga bulutangkis. Kerinduan itu sedikit terobati pada Olimpiade Tokyo lalu. Indonesia berhasil meraih medali emas. Dan kembalinya Piala Thomas menggenapi keberhasilan di Olimpiade Tokyo.

Konon, keberuntungan tak pernah hadir dua kali. Keberhasilan dua kali berturut-turut di event besar itu mensinyalkan ada perbaikan luar biasa dalam pembinaan bulutangkis di Indonesia, dan juga banyak cabor lain. Prestasi atlit kita tak lagi mangkrak seperti di era Presiden sebelumnya. Tidak heran beredar beraneka meme lucu tentang Piala Thomas yang enggan pulang ke Indonesia di era SBY. Piala Thomas seakan Bang Thoyib ‘yang nggak pulang-pulang, maunya digoyang’.

Tapi benarkah Jokowi lebih serius menangani olahraga di Indonesia? Simak artikel berikut.

Di era Jokowi, tradisi emas olimpiade dipertahankan. Baik dari Olimpiade Rio (2016) maupun Olimpiade Tokyo (2020). Berbeda dengan era SBY yang gagal meneruskan tradisi emas pada Olimpiade London (2012). Di era SBY pula Piala Thomas tidak pernah direbut kontingen bulutangkis Indonesia. Piala Thomas terakhir diraih di era Megawati pada 2002, sebelum akhirnya bisa diraih Anthony Ginting dkk kemarin.

Sejalan dengan itu Peraturan Presiden tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) baru saja ditandatangani. Melalui DBON, diharap dapat  mewujudkan Indonesia yang bugar, berkarakter, unggul, hingga berprestasi tingkat dunia. DBON menjadi harapan baru untuk prestasi olahraga Indonesia. Dalam DBON terjadi perubahan paradigma bahwa pembiayaan olahraga bukan lagi dianggap cost, melainkan investasi. Prestasi harus dicetak, by design, bukan hanya kebetulan.

Presiden Joko Widodo sendiri dalam peringatan Hari Olahraga Nasional (Haornas) ke-38 tahun 2021 menegaskan, prestasi olahraga tidak muncul begitu saja, namun dihasilkan oleh sebuah proses pembinaan dari hulu hingga hilir secara sistematis dan berkelanjutan. Presiden mengajak semua pihak saling bersinergi menciptakan ekosistem industri olahraga modern yang menyelenggarakan berbagai kompetisi olahraga sehat dan memacu prestasi. “Kita harus fokus bekerja mencetak talenta-talenta hebat dibidang olahraga agar lahir semakin banyak atlet unggul berprestasi,” demikian penjelasan Presiden Jokowi. 

Sejak periode pertama pemerintahan Jokowi, olahraga Indonesia bisa dibilang mengalami peningkatan prestasi. Prestasi Indonesia memang tak langsung terasa.

Setahun setelah Jokowi dilantik, Indonesia bertanding di SEA Games 2015, Singapura. Saat itu Indonesia gagal meraih target yang dicanangkan. Sukses olahraga Indonesia dimulai dua tahun setelah Jokowi dilantik. Bendera Merah Putih berhasil berkibar di Olimpiade 2016. Cabang olahraga bulutangkis mengembalikan tradisi meraih medali emas Olimpiade di Rio de Janeiro 2016 yang sempat hilang di tahun 2012. Sukses itu diciptakan oleh ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.

Di luar prestasi olahraga, sebetulnya ada keberhasilan-keberhasilan lain dalam bidang olahraga selama pemerintahan Jokowi. Yang utama soal infrastruktur dan sarana olahraga modern (sport science). Konsistensi pembangunan infrastruktur oleh Jokowi ikut menyentuh pembangunan situs-situs keolahragaan. Termasuk pemugaran dan pembangunan kembali Komplek Olahraga Senayan dan Stadion Utama Gelora Bung Karno di Jakarta. Juga dengan pembangunan sarana Asian Games di Sumatra Selatan (Sumsel). 

Terlepas pemugaran dilakukan karena Indonesia menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar di Benua Asia pada 2018 itu, semua fasilitas olahraga yang terbangun tersebut menjadi investasi yang dibutuhkan para atlet nasional. Keputusan Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games itu bukan keputusan dari pemerintahan Jokowi, namun pembangunan infrastruktur olahraga modern benar-benar ada di tangan Jokowi.

Jokowi bahkan memutuskan untuk membangun kembali Hambalang, meski situs olahraga bermasalah itu bukan buah  kebijakan pemerintahan Jokowi. Pembangunan kembali Hambalang menjadi bukti keseriusan pemerintah Jokowi untuk memajukan olahraga nasional. Menurut Jokowi, pusat-pusat olahraga di Indonesia sangat kurang, dan itu ada kaitannya dengan kegagalan prestasi olahraga.

Rencana strategis awal pemerintah Presiden Jokowi, para atlet nasional sedikitnya membutuhkan 10 situs keolahragaan dengan standar yang sama seperti blue print Hambalang. Pembandingnya adalah Thailand yang sudah punya enam titik kawasan olahraga yang tersentral dan berbasis teknologi. Meski tak seluas Indonesia, atlet-atlet Thailand diakui cukup berprestasi di tingkat Asia Tenggara. 

Keberhasilan lain pemerintahan Jokowi dalam bidang olahraga berkaitan soal kesejahteraan atlet. Jokowi menjadikan atlet sebagai warga negara istimewa lewat jaminan penghidupan yang layak dan mapan. Banyak yang diangkat menjadi tentara maupun PNS. Pasca Asian Games dan Asian Para Games 2018, Jumlah atlet yang menerima bonus menjadi ASN tercatatat sebanyak 286 orang.

Jaminan hidup juga mencakup keputusan pemerintah yang menerima usulan Kemenpora tentang peningkatan bonus atlet. Bonus atlet di Indonesia terbesar kedua di dunia setelah Singapura. 

Seiring dengan prestasi yang diraih atlet Indonesia di Asian Games dan Asian Para Games 2018 itu, pemerintah memberikan bonus yang menggiurkan. Untuk peraih medali emas diberi hadiah 1,5 miliar rupiah. Perebut perak  mendapat 500 juta dan perunggu mendapat 250 juta.  Jumlah ini jauh meningkat dibanding Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Saat itu peraih medali emas cukup dengan bonus Rp 400 juta. Selain uang, Jokowi memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulyono untuk membangunkan rumah tipe 36 untuk atlet peraih medali emas.

Lalu berapa besaran bonus yang didapat para atlet peraih medali Olimpiade? Dalam sambutannya ketika bertemu kontingen atlet Indonesia untuk Olimpiade Tokyo, pada 13 Agustus 2021, Presiden Jokowi mengatakan, “…Untuk peraih medali emas Rp 5,5 miliar, peraih medali perak Rp 2,5 miliar, kemudian peraih medali perunggu Rp 1,5 miliar.  Bonus juga diberikan kepada para pelatih kemudian juga para atlet non peraih medali juga diberikan. Ya cukup gede tapi gak usah saya sebut.”

Peningkatan bonus ini menunjukkan bila pemerintah Jokowi tidak mengabaikan peran dan prestasi atlet. Dia mengatakan, pemberian bonus dengan nilai yang sama juga diperuntukan bagi para atlet disabilitas yang selama ini luput dari kebijakan pemerintah. Kita semua tahu efek dari peningkatan bonus dan kesejahteraan atlet ini, prestasi atlet-atlet Indonesia makin berkibar.

Puncak keberhasilan lain pemerintahan Jokowi dalam bidang olahraga tentu saja penyelenggarakan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021. Penyelenggaraan PON di Papua bisa menunjukan bahwa pembangunan di Papua terus terjadi.  Jokowi memastikan bahwa program pembangunan infrastruktur di Papua akan terus dilakukan pemerintah, baik pembukaan akses transportasi hingga pada peningkatan sumber daya manusia. 

Jokowi  juga mengingatkan bahwa pelaksanaan PON bukan hanya semata untuk meningkatkan prestasi olahraga, namun lebih sebagai alat pemersatu bangsa.  “PON ini juga punya makna besar bagi seluruh masyarakat Indonesia. PON ini adalah panggung persatuan, panggung kebersamaan,” tutur Jokowi.

Perhelatan PON XX Papua 2021 tak sekadar event olahraga nasional. PON memberi makna mendalam, yakni tak ada perlakuan berbeda dari pemerintah, termasuk Papua. Anggota DPR RI dari dapil Papua Barat, Robert Joppy Kardinal, mengapresiasi terpilihnya Papua sebagai lokasi penyelenggaraan PON  XX 2021. Dia mengajak semua masyarakat Papua tak lagi terbawa isu bahwa Papua dianaktirikan pemerintah.

“Penyelenggaran PON XX mempertegas kehadiran pemerintah dalam berbagai sektor di Papua, tak hanya pembangunan infrastruktur berupa jalan dan lainnya, tapi juga melalui perhelatan olahraga yang mempersatukan bangsa Indonesia. Papua adalah Indonesia,” tegas Robert Joppy Kardinal.

Pembangunan infrastruktur olahraga yang masif, peningkatan kesejahteraan atlet, dan yang paling utama, menjadikan olahraga sebagai sarana pemersatu bangsa, inilah fokus utama Jokowi dalam membangun olahraga di Indonesia. Apa yang dirintis Jokowi ini, hendaknya menjadi perhatian bagi pemimpin-pemimpin lain di masa datang. Pilihlah pemimpin yang punya kepedulian pada olahraga…

Mens sana in corpore sano

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *