Menjadi Presidensi G20: Dunia Mengakui Kemampuan Kerja Sama Jokowi

Berita yang ramai minggu terakhir ini adalah Indonesia yang kini menjadi Presidensi G20 Tahun 2022 dan kehadiran Presiden Jokowi dalam KTT G20 di Roma tersebut. Apakah arti pentingnya? Mari kita simak….

Menjadi Presidensi G20 artinya menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan G20. Indonesia akan bertanggung jawab penuh atas penyelenggaraan seluruh kegiatan Presidensi G20 yang akan dimulai sejak 1 Desember 2021 nanti. G20 sebagai sebuah forum utama kerja sama ekonomi internasional, beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia. Terdiri dari 19 negara dan 1 lembaga Uni Eropa, Indonesia menjadi satu-satunya negara di Asia Tenggara yang menjadi anggota G20. Bisa dibilang, G20 memiliki posisi strategis dan menjadi representasi perekonomian dunia karena negara-negara yang tergabung di G20 ini menguasai 85% PDB dunia, 80% investasi global, 75% perdagangan dunia, dan 66% populasi dunia.

Presiden Jokowi menerima palu sidang dari Perdana Menteri Italia, Mario Draghi pada sesi penutupan KTT G20 Roma. Penyerahan palu itu menandai penyerahan posisi Presidensi G20 dari Italia ke Indonesia sampai setahun ke depan. Pada akhirnya G20 akan menyepakati kesepakatan final atas aksi kebijakan yang diambil atas isu-isu prioritas pada KTT sebagai penghujung rangkaian kegiatan.

Diperkirakan akan ada sekitar 150 pertemuan selama setahun penuh berkaitan kegiatan Presidensi G20. Manfaat ekonomi yang dapat dicapai adalah peningkatan konsumsi domestik hingga Rp1,7 Triliun, penambahan PDB nasional hingga Rp7,4 Triliun. Skalanya 1,5 sampai 2 kali lebih besar dari pelaksanaan IMF-WBG Annual Meetings 2018 di Bali.

Selaku Presidensi G20 kali ini, Indonesia akan mendorong upaya bersama untuk pemulihan ekonomi dunia dengan tema besar “Recover Together, Recover Stronger”.  Presidensi G20 di tahun 2022 berperan penting menjadi penggerak utama untuk membantu negara-negara bangkit dari pandemi, serta mengatasi kesenjangan akses dan kecepatan vaksinasi. G20 harus mendorong kerja sama pemulihan ekonomi dunia yang lebih kuat, inklusif, dan berkelanjutan. Hal itulah yang disampaikan oleh Presiden RI Jokowi dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Roma, 30-31 Oktober 2021.

Menurut Jokowi, saat ini pemulihan global terjadi secara tidak merata. Beban yang jauh lebih besar ditanggung oleh penduduk yang berada di negara emerging (berkembang) dan kelompok penduduk miskin. Dalam sejarahnya, G20 menjadi forum yang sangat efektif menyelesaikan permasalahan global seperti krisis keuangan yang dimotori oleh negara-negara perekonomian terbesar di dunia.

Indonesia akan memastikan Presidensi G20 mampu mengkatalisasi kerja sama antar negara dalam merancang stimulus fiskal dan moneter di masa pandemi, mengatasi hambatan pertumbuhan ekonomi jangka panjang seperti realokasi tenaga kerja untuk mengatasi isu pengangguran serta mendorong peningkatan kreativitas dan produktivitas. Terus mewaspadai potensi terjadinya kembali lonjakan kasus Covid-19 dan mutasi virus. Mendorong negara-negara mengatasi kesenjangan digital.

Presidensi G20 terutama akan mempercepat pemulihan ekonomi yang ramah lingkungan melalui pembiayaan berkelanjutan, potensi pengembangan nilai ekonomi karbon (carbon pricing) serta pengembangkan sistem keuangan digital. Setiap diskusi akan menekankan pada dampak dan tidak hanya berfokus pada manfaat, melainkan membahas pentingnya menahan potensi risiko yang muncul.


Dalam penanganan perubahan iklim dan lingkungan hidup, Jokowi kembali menegaskan pentingnya kerja sama dan bukan saling menyalahkan. “Indonesia ingin G20 memimpin dunia, dalam bekerja sama mengatasi perubahan iklim dan mengelola lingkungan secara berkelanjutan dengan tindakan nyata,” kata Jokowi. di La Nuvola, Roma, Italia, 31 Oktober 2021. G20 juga harus menjadi katalisator pemulihan hijau dan memastikan tidak ada satu pihak pun yang tertinggal.

Penanganan perubahan iklim juga harus dalam kerangka pembangunan berkelanjutan, sebagaimana pengentasan kemiskinan dalam target SDGs. Tata kelola yang baik di tingkat global dalam penanganan perubahan iklim pun perlu memberikan insentif bagi partisipasi swasta. Penting pula memngadakan pemberdayaan negara berkembang untuk melakukan transisi energi. Presidensi Indonesia di forum G20, diharapkan menawarkan kemitraan global dan dukungan pendanaan internasional bagi transisi energi. Termasuk menjamin transisi ke energi terbarukan aman, mudah diakses dan terjangkau.

Pidato Jokowi sepanjang KTT G20 di Roma itu, tak ayal menarik perhatian dunia. Ada hal menarik yang sangat dirasakan pemimpin-pemimpin dunia. Presiden Jokowi sangat menguasai masalah hingga akhirnya menjadi pusat perhatian para pemimpin dunia. Berbagai ungkapan kekaguman dilontarkan para pemimpin dunia. Malcolm Turnbull, Perdana Menteri Australia mengungkapkan Jokowi adalah role model kepemimpinan dalam organ pemerintahan modern. Turnbull menggenapi tulisan Kishore Mahbubani, The Genius of Jokowi, yang menghebohkan itu.

Pangeran Charles dari Kerajaan Inggris menyampaikan apresiasinya kepada Presiden Jokowi di hadapan pemimpin dunia pada KTT G20 di Italia. Menurutnya, orang nomor satu di Indonesia tersebut memberikan dampak besar pada upaya penyelamatan planet dari perubahan iklim dengan perjuangannya dalam menyelamatkan alam Indonesia. Dia percaya Jokowi mampu menyelesaikan masalah perubahan iklim dalam kepemimpinannya di Presidensi G20. “Ini juga alasan mengapa saya berharap Presiden Joko Widodo sukses di setiap langkahnya,” kata Pangeran Charles dikutip dari Youtube G20 Italy, 1 November 2021.

Pangeran Charles melihat upaya penyelamatan planet dari bencana perubahan iklim membutuhkan biaya besar.Tak ada satu pun pemerintahan yang mampu melakukan penyelamatan planet dengan sikap individu, melainkan harus dikerjakan secara bergotong-royong. Dan Presiden Jokowi adalah orang yang telah terbukti mampu melakukan kerja sama dengan berbagai macam kelompok dan kepentingan.

Tak heran pengamat politik Anton DH Nugrahanto menulis bila Jokowi pantas menjadi Sekjen PBB. Kualitas terpenting yang dimiliki Jokowi adalah kemampuan diplomasi. Kemampuan komunikasi politik ini amat diperlukan dalam mengelola perdamaian dunia. Memiliki kemampuan komunikasi politik sejak menjabat Walikota Solo. Jokowi melakukan pemindahan pasar dengan damai disertai arak-arakan budaya. Saat menjadi Gubernur DKI ia melakukan banyak komunikasi politik dan persoalan rakyat terselesaikan dengan baik. Ia juga membina komunikasi politik dengan Parpol dan banyak kelompok masyarakat lewat prinsip ‘kerendahan hati’ walaupun diserang habis-habisan. Prinsipnya : “Rendahkanlah hatimu sampai orang yang membencimu tak bisa menjatuhkanmu lagi”. 

Seperti yang telah ditulis Mahbubani dalam The Genius of Jokowi, kemampuan diplomasi dan bekerja sama inilah yang amat diperlukan bagi negara-negara dunia. Dunia masih sarat dengan konflik dan memerlukan orang sekualitas Jokowi untuk memimpin negara mereka masing-masing. Pemimpin yang mau merendah dan bersikap rendah hati, kemudian melakukan diplomasi yang bisa membawa langkah panjang perdamaian.

Kualitas inilah yang membuat seorang Emmanuel Macron, Presiden Prancis perlu menulis khusus dalam Bahasa Indonesia di akun Twitter-nya: Perihal ini Indonesia adalah pelaku utama, lebih dari sekadar mitra, yakni sahabat Jokowi yang terhormat….

Vika Klaretha Dyahsasanti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *