Menghadapi manuver Gibran yang tengah mendaki anak tangga posisi cawapres Prabowo, PDI Perjuangan tengah mempraktekkan apa yang dinamakan sebagai “Kesabaran Revolusioner”. PDI Perjuangan tidak bersikap reaktif. Mereka memilih untuk menunggu. Menunggu Gibran secara definitif dideklarasikan sebagai cawapres Prabowo. Mereka diam mengamati Gibran berjoget dan berdansa kesana – kemari dengan tatapan mata yang tenang, tajam dan berwibawa.
Tidak ada sinisme, caci-maki dan reaksi yang berlebihan. Mereka menunggu. Dan toh saatnya akan tiba, sebentar lagi. Kita tidak tahu pasti apakah surat pemecatan Gibran dari PDI Perjuangan sudah disiapkan atau malah sudah dilayangkan. Namun PDI Perjuangan tidak mau dipersepsikan “nguya-uya” Gibran. Toh dia sudah dewasa. Sudah mampir membuat keputusan politik sendiri dan bertanggung jawab atas konsekuensinya.
Seandainya paham Etika Politik, seharusnya tanpa disuruh, Gibran tahu diri dan mengundurkan diri sebagai kader partai moncong putih. Mau berkilah apalagi ? Apa dia berharap PDI Perjuangan menyerang dia habis-habisan sehingga publik mempunyai persepsi bahwa serangan PDI Perjuangan kepadanya terlalu berlebihan. Untuk memperoleh simpati publik dan publik menilai Gibran sebagai korban politik ?
Saya rasa Megawati sudah berpikir masak-masak jangan sampai reaksi Partai menambah kredit poin bagi Gibran. Toh kalau mau jujur, PDI Perjuanganlah yang berkali-kali disakiti. Namun karena memandang Bapaknya merupakan kader terbaik dan orang paling berkuasa di Indonesia, maka PDI Perjuangan bersikap sediplomatis mungkin menghadapinya.
Kalau paham Etika Politik, entah berhasil atau tidak menjadi cawapres Prabowo, seharusnya Gibran secara gentle mengumumkan pengunduran dirinya sebagai kader PDI Perjuangan syukur-syukur dari jabatan sebagai Wali Kota Surakarta.
Saya sih masih ada sedikit sisa keyakinan bahwa Gibran pun mempunyai idealisme untuk menjadi pemimpin nasional yang menjadi role model bagi generasi muda.
Maka selayaknya Gibran mempraktekkan cara-cara baru dalam berpolitik dan justru jangan memakai cara-cara lama apalagi model direktur atau CEO perusahaan, memperhitungkan hanya aspek untung-rugi. Kalau gerak-gerik politiknya tidak mengindahkan etika politik, jadinya 11-12 dengan politisi-politisi lama. Kalau sudah begitu ya tidak akan ada perubahan yang signifikan.
Kembali kepada kesabaran revolusioner yang tengah dijalankan oleh PDI Perjuangan. Masih ada kesempatan untuk langsung berpamitan dengan Megawati. Jangan menunggu vonis dijatuhkan. Gibran perlu mengingat ketika pertama kali mendaftar sebagai anggota partai dengan mendatangi kantor DPC PDI Perjuangan Kota Surakarta. Waktunya tidak banyak. Dulu datang Kula Nuwun, sekarang saatnya berkunjung ke kantor DPP dan berpamitanlah dengan baik-baik.
Buktikan bahwa politik Indonesia tidak sebanal sebagaimana yang terlihat sekarang ini.
*Up date kabar terakhir : PDI-P merespon secara normatif dengan menugasi Gibran menjadi Jurkam Ganjar-Mahfud.