Dari awal, judul beritanya saja sudah tidak masuk akal. Kalau kisah ini berlangsung di zaman dahulu kala, mungkin orang masih bisa diperdaya. Waktu lalu dengan segala keterbatasan teknologi, ilmu kesehatan, boleh jadi cerita itu akan tetap menjadi misteri.
Namun berita di atas terjadi di era modern, era di mana media sosial berkuasa yang begitu cepat informasi apapun berpotensi booming. Saya memperhatikan, kejadian ini meledak bukan karena ajaib atau mujizat, tapi orang tertarik karena ini lucu, unik. Bikin penasaran iya, penasaran kapan akan terbongkarnya kabar bohong ini.
Netijen bukannya wow atau kagum akan hal aneh ini. Warganet justru menjadikannya bahan meme, lucu-lucuan sampai olok-olok di sosmed. Tak beda jauh di kala ramai statement petinggi KPAI yang mengatakan berenang bisa bikin kehamilan.
Pelan-pelan kasus ini mulai terungkap setelah polisi turun tangan. Pihak kepolisian beralasan tak mau berlama-lama kehebohan ini berlangsung karena menyedot perhatian masyarakat luas. Beberapa kabar terbaru perkembangan kasusnya antara lain
- sosok ayah atau suami yang menghamili mulai menemui titik terang
- status Siti Zainah bukan janda, tetapi masih istri sah Mohammad Sofiyuloh
- sudah pisah ranjang sejak empat bulan lalu
- polisi akan tes DNA untuk mengungkap siapa ayah dari bayi tersebut
Yang jadi perhatian serius justru media mainstream yang ikut memberitakan sesuatu yang belum terbukti kebenarannya. Apa mereka gak punya bahan lagi yang lebih berbobot untuk dibagikan kepada para pembaca? Lagi-lagi, sepertinya mengejar traffic, bahkan judul clickbait jauh lebih utama daripada isi kabar yang disajikan. Lalu apa bedanya media arus utama dengan ilmu jurnalistiknya, dengan dewan pers sebagai pelindungnya dibandingkan media kelas receh?