Indonesia, masuk 6 besar negara tercepat dalam vaksinasi COVID-19. Indonesia, masuk peringkat 5 vaksinasi terbanyak! Indonesia dipandang berhasil oleh negara-negara lain di tengah pandemi Covid yang belum berakhir. Tentu, di balik pujian-pujian ini ada yang bekerja keras demi kepentingan rakyat. Siapa saja mereka?
Salah satunya adalah Retno Lestari Priansari Marsudi atau yang biasa disapa Retno Marsudi, menteri luar negeri perempuan pertama di Indonesia. Ia dipilih oleh Presiden Joko Widodo dan menjabat sebagai menlu selama 2 periode. Sebagai ujung tombak diplomasi Indonesia di kancah dunia, Retno Marsudi tidak hanya cerdas dalam berdiplomasi. Retno sangat mumpuni dalam bernegosiasi.
Menteri luar negeri Indonesia yang lahir pada 27 November 1962 di Semarang, Jawa Tengah, ini sudah berjibaku hampir 18 bulan agar bisa mendatangkan vaksin bagi Indonesia. Jauh, sebelum corona masuk ke Indonesia, Presiden Joko Widodo beserta orang-orang terdekatnya, termasuk Retno, sudah memikirkan dua tiga langkah ke depan demi melindungi Indonesia dari sebaran virus corona.
Sebagai Menlu RI, Retno Marsudi sangat gesit menjalankan perannya. Bukan perkara mudah mendatangkan vaksin ke Indonesia. Butuh kerja keras setiap hari. Butuh kesiapan dalam 24 jam dan harus selalu cermat supaya bagian vital yang dibutuhkan Indonesia bisa didapatkan. 18 bulan bukanlah waktu yang pendek. Namun, karena negosiasi yang cerdas dan relasi dengan negara-negara lain yang terus dibina oleh Retno, Indonesia memperoleh akses vaksin.
Pasokan vaksin dunia dan permintaan vaksin yang tidak seimbang, serta adanya kebijakan restriksi (pembatasan ekspor) dinilai sempat menghambat pengiriman vaksin. Namun, usaha keras Retno Marsudi tidak sia-sia dalam mendatangkan vaksin ke Indonesia. Perjuangannya berbuah manis. Kini, Indonesia sudah menyuntikkan lebih dari 200 juta dosis vaksin COVID-19, dan ini dianggap telah melampaui target WHO. Indonesia setidaknya membutuhkan 430 juta dosis vaksin, dan kini telah mendapatkan 370 juta dosis vaksin. Meski demikian, kerja keras tetap harus dilanjutkan agar akselerasi vaksinasi dapat mencapai target populasi yang ditetapkan.
Sebagai alumni Jurusan Hubungan Internasional Fisipol di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Retno mulai mengawali kariernya sebagai staf di Biro Analisa dan Evaluasi untuk kerja sama ASEAN. Pada 1997 sampai 2001, Retno menjabat sebagai sekretaris satu bidang ekonomi di Kedutaan Besar RI di Den Haag, Belanda. Belanda bukanlah tempat asing baginya karena dulu, semasa sekolah, Retno pernah mengenyam pendidikan di Haagse Hoge School Belanda.
Sederet posisi penting lainnya juga ikut disandangnya. Mulai dari Direktur Eropa dan Amerika pada tahun 2001 dan Direktur Eropa Barat pada tahun 2003. Duta Besar Indonesia untuk Norwegia dan Islandia pada tahun 2005. Sampai menjabat sebagai Direktur Jenderal Eropa dan Amerika yang mengawasi hubungan Indonesia dengan 82 negara di Eropa dan Amerika. Tak perlu diragukan lagi bahwa pengalaman dan wawasannya dalam menjalankan tugasnya patut diapresiasi dan diteladani.
Ternyata, tak berhenti sampai di situ, kiprahnya makin melebar hingga Retno menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda pada tahun 2012 dan Menteri Luar Negeri RI pada Kabinet Kerja Presiden Joko Widodo selama 2 periode. Banyak posisi penting dan strategis dipercayakan kepadanya. Wah, prestasi anak bangsa yang begitu membanggakan! Pastilah Retno Marsudi bukan orang biasa-biasa saja, melainkan seseorang yang berpengaruh besar dan berwawasan luas, mendalam, dalam kancah internasional.
Bisa dikatakan Retno Marsudi adalah salah satu anak bangsa terbaik di Indonesia. Tidak salah Presiden Jokowi memilihnya. Orang-orang yang berada di inner circle Presiden Jokowi adalah orang-orang yang cerdas, berdedikasi tinggi, memiliki panggilan mulia dalam bekerja, dan mementingkan kepentingan bangsa. Mereka dipilih dengan cermat, penuh pertimbangan, dan dapat dipercaya.
Kebijakan luar negeri dan diplomasi Indonesia dipimpinnya dengan sangat bagus. Inilah yang mengukir sederet prestasi dalam bidang yang ditekuninya. Mulai dari keberhasilannya dalam meningkatkan presensi Indonesia di berbagai platform regional dan multilateral. Indonesia pun hadir dalam perjuangan kemerdekaan Palestina. Tak hanya itu, Indonesia turut berkontribusi dalam krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar. Bahkan, dia mampu meningkatkan diplomasi perlindungan WNI di luar negeri dan mendorong sentralitas RI dan ASEAN di kawasan Indo-Pasifik.
Gesit, cerdas, tepat sasaran, dan membawa hasil baik, sangatlah terlihat dalam cara kerja Retno Marsudi. Tak hanya terlibat dalam upaya perdamaian dunia, bahkan Retno Marsudi terjun dalam memperjuangkan hak asasi manusia. Istri dari Agus Marsudi, teman semasa kuliah yang kini menjadi seorang arsitek, ini pernah belajar mengenai hak asasi manusia di Universitas Oslo. Inilah yang akhirnya mendorongnya bergabung dalam Tim Pencari fakta pembunuhan Munir said Thalib pada tahun 2004.
Sarat prestasi, cerdas, giat bekerja, dan tak kenal menyerah, merupakan predikat yang disematkan kepada Retno. Menariknya lagi, di salah satu cuitannya di Twitter, Retno Marsudi pernah menuliskan #IndonesiauntukDunia pada Oktober 2019. Hashtag ini mengisyaratkan kegembiraannya tatkala mampu membawa Indonesia dalam jajaran Anggota Tidak Tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk periode 2019 – 2020. Dan, masih berlanjut … Prestasi membanggakan ini terulang kembali dengan terpilihnya Indonesia sebagai Anggota HAM PBB untuk periode 2020 – 2022.
Siapa tak bangga dengan prestasinya? Kemampuannya membawa Indonesia makin bersinar di kancah internasional sudah terwujud. Indonesia menjadi bagian dalam memedulikan negara-negara lain, ini menjadi satu amanah penting untuk dikerjakan dengan sungguh-sungguh. Indonesia tidak lagi berada dalam ranah sempit, Indonesia untuk dunia!
Di tengah banyaknya kesibukan dan tugas-tugas yang harus dituntaskannya, Retno Marsudi tetap profesional dalam berkarier dan berkeluarga. Ia mampu membuktikan bahwa perempuan dapat menyeimbangkan perannya dengan baik, mengurus keluarga dan berkarier, bahkan sampai menyentuh ranah diplomasi. Apakah semasa mudanya, Retno memang ingin menjadi seorang diplomat? Ternyata …
Semua berawal dari keinginan pada masa kecil. Saat itu, Retno melihat tayangan di televisi pemerintah, dan dia langsung jatuh hati ingin pergi ke luar negeri. Namun, karena keberadaannya saat itu, Retno menganggap bahwa pergi ke luar negeri adalah suatu kemewahan. Dari tayangan tersebut, dia mula mengamati para diplomat dan apa yang dikerjakannya. Wah, berawal dari mata, akhirnya turun menjadi cita-cita. Ya, Retno Marsudi ingin menjadi seorang diplomat. Namun, dia tidak terpikir menjadi menteri luar negeri.
Dengan keterbatasan yang dimilikinya, dia menjalaninya dengan antusias. Perlu menempuh perjalanan yang panjang agar bisa menjadi seorang diplomat yang andal. Perlu bekerja keras dan pantang menyerah untuk mendapatkan hasil yang berfaedah. Meski posisi diplomat kebanyakan dipandang sebagai dunia laki-laki, tetapi Retno Marsudi membuktikan bahwa perempuan pun bisa berprestasi dalam ranah ini. Hasil dari kemauan, kegigihan, kapasitas, dan ketangguhan Retno Marsudi menjadi modal yang sangat baik dalam menjalankan peran yang dipercayakan kepadanya.