Suksesi Tanpa Ontran-Ontran, Gusti Bhre dan Tradisi Jawa Modern di Mangkunegaran

GPH Paundrakarna Jiwo Suryonegoro berkomentar keras di suatu akun Instagram. Putra pertama KGPAA Mangkunegara IX, sekaligus salah seorang cucu Presiden Soekarno itu mengeluarkan unek-uneknya tentang suksesi di Mangkunegaran. Selepas meninggalnya Gusti Jiwo, hingga hari ini memang belum diputuskan siapa yang akan meneruskan tahta Mangkunegaran. Namun kian hari kian mengerucut menuju nama GPH Bhre Cokrohutomo Wira Sujiwo. Berbeda dengan sang Kakak, nama Gusti Bhre mungkin belum sepopuler Gusti Paundra. Ternyata Gusti Bhre pun sarat prestasi. Mari kita simak kiprahnya dan warisan Mangkunegaran.

Tiga nama putra mahkota disebut-sebut sebagai calon Adipati Mangkunegara. Mulai dari Gusti Paundra, Gusti Bhre dan terakhir KRMH Roy Rahajasa Yamin. Tak banyak yang tahu bila keluarga besar Mangkunegaran ternyata berkerabat dengan pahlawan nasional, Mr. Mohamad Yamin. Ayah Gusti Roy, Rahadian Yamin adalah putra tunggal dari Mohammad Yamin yang dulu berprofesi sebagai peragawan serta pernah terjun di dunia perfilman.


Gusti Paundra dan Gusti Bhre  sama-sama pewaris tahta karena keduanya sama-sama putra kandung dari mendiang Mangkunegoro IX, meski beda ibu. Sementara KRMH. Roy Yamin adalah cucu dari Mangkunegoro VIII. Dalam sejarah suksesi di Mangkunegaran seorang cucu juga bisa menjadi adipati.

Suksesi termulus terjadi pada saat Mangkunegoro I menunjuk cucunya sebagai calon penerus sebelum turun tahta. Jika dilihat dari sejarah, tidak ada pola khusus dalam suksesi di Mangkunegaran. Sejak pergantian Raja Mangkunegara kedua hingga kesembilan, polanya selalu berubah sesuai dengan situasi. Penerus tahta bisa seorang anak, cucu atau bahkan saudara kandung.


Mangkunegaran selama ini memang diketahui sebagai sebuah kerajaan yang demokratis. Menurut sejarawan dan pemerhati budaya Surakarta, Tunjung W Sutirta, pemilihan Raja di Mangkunegaran selalu dinilai dari kapabilitas calon Raja. Mulai dari kecerdasan spiritual, emosional, dan tentu intelektualitas. Seorang calon memiliki kapabilitas itu, akan dipandang para sesepuh,” jelasnya. Yang terpenting ialah seorang Raja memiliki kecerdasan spiritual yang baik, sehingga kelak mampu mencari inspirasi dan aspirasi sesuai dengan konteks jamannya. Apalagi kini Mangkunegaran dan juga kraton-kraton lain bukan lagi mengemban tugas politik melainkan mengemban tugas-tugas kebudayaan.

Apapun keputusan akhir yang dipilih kerabat Mangkunegaran, masyarakat khususnya si Surakarta tidak berharap terjadi ‘ontran-ontran suksesi di Praja Mangkunegaran yang menjadi kebanggaan masyarakat Surakarta. Suksesi sepeninggal Mangkunegara IX pun kian menuju final. Wedhana Satrio Pura Mangkunegaran, Lilik Priarso Tirtodiningrat, saat ditemui wartawan di Mangkunegaran, pada 17 Januari 2022 mengatakan pembicaraan mengenai suksesi di Pura Mangkunegaran sudah hampir selesai. Pembahasannya sudah mengerucut ke satu nama sebagai pengganti KGPAA Mangkunegara IX, yaitu GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo.

“Sudah mengerucut kepada pranatan adat yang kita anut, bahwa suksesi nanti akan dipegang kakung (putra) dari prameswari (permaisuri),” ungkap Lilik. Meski demikian, Mangkunegaran tetap memakai sistem musyawarah biar terjadi mufakat sebagai filosofi Mangkunegaran.Saat  Pangeran Sambernyawa mendirikan Praja Mangkunegaran, Beliau tetap menghargai dan meminta pendapat para pembantunya yang kemudian dikenal sebagai 40 Punggawa jaya.

Berbeda dengan Gusti Paundra yang namanya sudah dikenal, terutama di dunia entertainment, sosok Gusti Bhre masih masih jarang didengar masyarakat. Tak banyak pula informasi mengenai Gusti Bhre di dunia maya.Gusti Bhre lahir pada tanggal 29 Maret 1997, 24 tahun silam. 



Bernama lengkap GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo, Gusti Bhre bergelar sarjana hukum dari Universitas Indonesia. Sejumlah prestasi ditorehkan Gusti Bhre selama kuliah. Gusti Bhre pernah tergabung dalam Tim Mooting Vis FH UI. Mooting dalam kurikulum ilmu hukum dikenal sebagai simulasi pengadilan. Pesertanya akan diminta melakukan argumentasi dan debat terhadap suatu masalah hukum di depan panel Juri. Juri kemudian akan memutuskan tim mana yang memiliki argumentasi terbaik.

Tim Mooting Gusti Bhre ini berhasil mendapatkan gelar champion pada sesi final Pre-Moot Willem C. Vis International Commercial Arbitration Moot yang ke-10 di Praha, Republik Ceko pada 11 Maret 2018. Mooting yang diikuti ini bukan pertandingan main-main, tetapi pertandingan pengadilan semu yang diselenggarakan nama-nama besar seperti Pace Law School, Vis Moot Foundation dan United Nations Commission on International Trade Law. Luar biasa. Tidak semua orang memiliki kemampuan ini. Dan tentu saja kemampuan berargumentasi, didukung oleh pengetahuan yang luas akan sangat dibutuhkan sebagai seorang Raja.

Di akhir hayat ayahandanya, Gusti Bhre mendapatkan tugas penting dalam proyek renovasi Mangkunegaran. Tanggung jawab berat ini termasuk juga dalam melestarikan nilai-nilai Mangkunegaran. Gusti Bhre harus mempelajari sejarah-sejarah tentang bangunan Mangkunegaran. Banyak kalangan menilai, tugas ini adalah bentuk latihan yang diberikan ayahandanya sebelum Gusti Bhre benar-benar menjadi Raja kelak.


Bhre juga sudah mulai tampil dalam berbagai acara Pura Mangkunegaran sejak beberapa tahun lalu. Salah satunya mengikuti upacara tradisi seperti Kirab Pusaka Malam 1 Sura. Gusti Bhre pernah menjadi cucuk lampah atau orang yang berada di barisan terdepan. Sebelum pandemi, Gusti Bhre juga aktif dalam pergerakan seni Mangkunegaran, khususnya untuk milenial dengan menjadi founder Mangkunegaran Jazz Festival 2019.

Bisa dikatakan, ini merupakan pertama kalinya di Indonesia ada kerajaan yang mampu menyelenggarakan pergelaran jazz dengan dipadu seni budaya tradisional. Selain untuk menarik wisatawan serta memperkenalkan budaya Jawa kepada generasi muda, pergelaran ini menjadi awal dari kembalinya Pura Mangkunegaran sebagai pusat seni dan budaya.

Mengusung tema Bersama dalam Budaya, Adipati Karna sebagai maskot festival. Tokoh ini dipilih karena menempati peran khusus dalam ideologi Pura Mangkunegaran seperti yang disebutkan dalam Serat Tripama karya Mangkunegara IV.

Tripama berarti tiga suri tauladan. Adipati Karna dianggap sebagai suri tauladan bersama Kumbakarna dan Raden Sumantri. Adipati Karna dikagumi karena kesetiaan dan komitmennya. ‘Setya mring sedya’, berani mengorbankan segala-galanya  demi mempertahankan loyalitas dan komitmen, dan membalas budi orang yang telah berjasa.

Salah satu yang terkenal dari Praja Mangkunegaran adalah Legiun Mangkunegaran. Dibentuk pada masa Mangkunegara II, embrio dari Legiun Mangkunegaran adalah pasukan gerilya yang berjuang selama belasan tahun bersama Pangeran Sambernyawa. Legiun Mangkunegaran menjadi pasukan militer kerajaan pertama di tanah air yang modern dan professional. Digembleng langsung perwira-perwira militer Belanda yang professional, juga dilatih untuk mampu menghadapi perang jangka panjang maupun perang gerilya. Legiun Mangkunegaran merupakan suatu kesatuan militer terbaik dan termodern di Nusantara pada zamannya.

Yang unik, Legiun Mangkunegaran tidak hanya beranggotan prajurit laki-laki, tapi juga pasukan perempuan bersenjata yang terlatih. Selain mahir menggunakan senjata, pasukan perempuan juga piawai dalam bernyanyi dan memainkan alat musik. Legiun Mangkunegaran juga memadukan budaya barat dengan budaya Jawa. Baik dari seragamnya, penggunaan senjata local dan modern, serta strategi perang yang memadukan antara strategi militer Barat dengan strategi perang Pangeran Sambernyawa.

Pada masanya, Praja Mangkunegara dikenal sebagai kerajaan modern yang tak lepas dari akar budaya Jawa-nya. Bukan hal yang baru bagi Mangkunegaran untuk memadukan nilai-nilai tradisional Jawa dengan Barat, baik dalam fisik bangunan-bangunan kraton, militer maupun dalam etiket dan nilai-nilai lain yang abstrak. Hal ini makin menunjukkan bahwa Mangkunegaran adalah praja otonom yang berbeda dari Kasunanan.

Diawali oleh efisiensi yang dilakukan Mangkunegara VI setelah Praja Mangkenegaran nyaris bangkrut pada masa Mangkunegara V. Pembaruan itu kemudian melahirkan etiket-etiket baru yang berbeda dengan tradisi Mataram Islam dan Kasunanan yang telah ada sebelumnya. Termasuk tradisi penghormatan. Bila sebelumnya keluarga raja menemui raja, atau pejabat yang lebih rendah menemui pejabat yang lebih tinggi harus berjongkok dan bersila di bawah, hal itu tak berlaku lagi di masa Mangkunegara VI. Diperbolehkan langsung menghadap asal berlaku sopan. Apabila disediakan kursi, mereka boleh langsung duduk di kursi. Ini kemudian menjadi gejala baru demokrasi etiket di mangkunegaran. Banyak tatacara diubah menjadi lebih modern dan praktis.

Memadukan tradisi Jawa dengan modernitas menjadi inovasi di kalangan Mangkunegaran sejak dulu. Mangkunegaran pernah menjadi pelopor industri gula modern, tentara professional, dan juga Pendidikan dan Kesehatan modern. Termasuk juga busana dan aneka kreasi budaya lainnya. Ke depannya, siapapun penerus yang memegang tahta Mangkunegara harus mampu mewarisi semangat inovasi dan menyesuaikan tradisi dengan perkembangan zaman.

Vika Klaretha Dyahsasanti

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *