Ada Apa dengan Budiman

Buntut dukungan Budiman Sudjatmiko pada bacapres Prabowo Subianto beneran bikin rame. Buzzer-buzzer kompetitor kayak diorkestrasi auto menghujat Budiman. Dari yang ngaku mantan sahabat, sampai mantan rekan sejawat di partai berlambang banteng semua berebut nge-bully Budiman. Intinya mereka mau bikin opini kalo Budiman itu pecundang, bukan siapa-siapa. Nothing dan bukan orang penting. Budiman dibilang minta jatah menteri lah, banyak utang lah. Yang paling bikin ngakak, mereka mendadak ingat dan merayakan hari lahir Wiji Thukul. Cuma ingat tiap lima tahun sekali. Paham kenapa kan…

Media-media opini itu terus memproduksi aneka berita hoax. Beberapa berita justru menjadi blunder. Berita Wiji Thukul yang dibilang hilang karena Prabowo terpatahkan oleh sebuah artikel di Tempo.com bertanggal 18 Maret 2016. Artikel berjudul “Wiji Thukul, Hilang di Jawa atau Timor Leste?” itu menulis: Wiji Thukul terakhir terlihat di Jakarta pada Bulan Juni 1998. Demikian menurut kesaksian sejarawan Hilmar Farid. Artikel di Tempo.Com itu sendiri bersumber dari Edisi Khusus Majalah Tempo tentang Wiji Thukul yang terbit pada Mei 2013.

Artikel itu menepis tuduhan bahwa Prabowo menculik Wiji Thukul karena Prabowo sendiri sejak 22 Mei 1998 tidak lagi menjadi Pangkostrad dan dipindah tugaskan ke Sekolah Staf dan Komando ABRI di Bandung. Artinya, bila Wiji Thukul hilang setelah Juni 1998, hal itu tentu saja bukan di bawah komando Prabowo.

Bukti ini mengindikasi kemungkinan adanya upaya penggiringan opini buat keuntungan kelompok atau bacapres tertentu. Ada yang ngaku pernah dekat Budiman karena diberi tugas Bu Ketum untuk mendongkrak nama Budiman. Di podcast lainnya si ‘sahabat’ bilang pernah dekat Budiman karena diminta seorang pengusaha untuk mendongkrak Budiman. Lho…mana yang bener? Tanpa harus tahu mana kebenaran sesungguhnya, dua pernyataan itu menunjukkan inkonsistensi si ‘sahabat’. Tidak konsiste itu indikasi kebohongan. Hoax.

Buzzer-buzzer itu pada akhirnya justru bikin diri mereka terlihat ‘maling teriak maling’. Mereka sendiri yang pencari cuan, yang dituduh Budiman. Apapun tentang Budiman dibuat salah. Budiman terlihat ‘miskin’ dengan nilai kekayaan di LHKPN hanya 1,7 M dan hanya punya mobil biasa Nissan Evalia dan Mitsubishi Mirage tua keluaran tahun 2013, aja terlihat salah. Apalagi kalo Budiman kaya.

Akun twitter @Heraloebss sampai menulis membela Budiman: “Periode jadi DPR RI jika orientasimu nyari duit udah bisa beli Mobil sport, moge dan bangun usaha. Bertobatlah kamu2 yang nyinyirin Mas BS Oportunis Pragmatis…”

Cuitan itu kemudian ditanggapi akun @wiena_kinasih dengan positif: “Dari seseorang yang dekat dng saya byk yg diceritakn ttg Mas Bud. Mereka saling mengenal baik. Kehidupan beliau yg sederhana, mobil biasa dan …ach saya gk bisa cerita lainnya Mb Hera. Until now meskipun byk caci maki ke beliau, saya ttp akn sabar menunggu langkah mas bud ke depannya…”

Ucapan-ucapan serupa itu banyak bertebaran. Bukti kalo masyarakat Indonesia menghargai mereka yang hidup sederhana, walaupun ada penggiringan opini massal ala sinetron Indonesia yang hobi memandang berbagai persoalan hitam-putih. Lucu juga sih, karena serangan buzzer yang masif ke Budiman itu justru kemudian mengundang komen mematikan bagi bacapres bakal lawan Prabowo.

Akun @andhityo_ tanpa tedeng aling-aling menulis; “nggak mungkin dia dukung GP krn dia tau betul karakternya. Ingat e-KTP. Hanya 1 anggota komisi 2 DPR-RI yg menolak. Yg lain terima aja traveler cek tsb.” … Dan kita tahu, anggota komisi 2 yang menolak disuap dalam kasus e-KTP adalah Budiman Sudjatmiko.

Kita boleh ngakak guling-guling liat serangan-serangan yang berujung boomerang itu. Kontestasi Pilpres membuat Prabowo bakal banyak dipojokkan soal 98, Anies dipojokkan soal e-KTP dan Frankfurt Book Fair; dan Ganjar selain urusan e-KTP bakal sering diserang dengan kasus kerusakan lingkungan di Kendeng dan Wadas, serta banjir rob yang nggak kelar-kelar di Pantura. Plus stunting dan angka kemiskinan Jateng yang tinggi. Penanganan Covid yang lamban….

Artinya, para buzzer mending mingkem deh. Daripada bacapres idola kalian dikuliti boroknya kan. Main aman aja, Gaes… tonjolkan kelebihan-kelebihan bacapres idola kalian..

Ssst, sebenarnya semua serangan masif ke Budiman itu artinya Budiman emang sosok yang sangat diperhitungkan. Mematahkan tuduhan kalo dia udah habis, pecundang, nggak ada artinya. Aldi Taher aja nggak dijelek-jelekin segitunya walopun Aldi jelas-jelas aneh karena nyaleg lewat dua partai. Aldi juga kelihatan gimana gitu ya. Agak-agak kurang pinter. Nggak bakat jadi wakil rakyat.

Budiman beda. Dia nggak kaleng-kaleng. Dia paket komplet seorang pemimpin. Seperti pujian Prabowo: cerdas, hatinya bersih dan berani. Mau lihat kecerdasan Budiman mah gampang. Simak jawaban-jawaban Budiman setiap diwawancara. Budiman lancar menjelaskan apapun yang syuliiit bagi politisi lain. Kondisi geopolitik dunia, ancaman-ancaman yang mengancam dunia dan Indonesia, dia paham. Rencana strategis Indonesia menghadapi bonus demografi biar tidak menjadi musibah, dia kuasai. Ia menguasai permasalahan, cerdas. Ia teknokrat, dan bukan hanya pemimpin yang populer. Nggak bayangin banget Budiman ngedance cuma buat menarik massa. Karena dia sadar dia politisi bukan selebriti. Dia dinilai dari ide brilyan-nya, bukan dari joged-nya.

Paling kagum lihat cara Budiman menjelaskan bagaimana agar masyarakat nggak terlibas AI. Pendidikan yang harus diarahkan untuk menciptakan manusia-manusia kreatif, berimajinasi dan punya kemampuan bernarasi dengan empati. Karena hal-hal inilah yang menjadi pembeda manusia dan mesin. Biasakan menulis diary, catatan keseharian, demikian tips sederhana dari Budiman. Duh Budiman kok paham banget dunia milenial dan Gen Z sih. Nggak bayangin ada politisi lain yang populer yang calon pemimpin bisa jelasin ini dengan lancar. Kalo yang tiktok-an mah banyak…

Bayangin kalo ternyata beneran ada debat Capres BEM UI. Anies udah OK. Dia emang pinter dan ahli tata kata. Prabowo juga langsung OK. Prabowo mungkin tidak seahli Anies dalam tata kata. Tapi dia menguasai hal-hal strategis. Pinter banyak bahasa asing pula. Prabowo sering terlihat jauh lebih lancar menjelaskan pemikirannya dalam bahasa asing. Efek sekolah di luar negeri sejak kecil.

Salah satu bacapres sampai saat ini masih berdalih. Menghindari diajak debat ilmiah. Maklum dia lebih hobi jogging daripada ikutan debat. Nah, kalo aja si bacapres itu nggak pede, bisa minta tolong Budiman buat mewakili dia debat. Bisa auto melesat polling-pollingnya. Eh, udah beda kubu ya….

Urusan debat, Budiman nggak ada yang lawan. Jago sejak muda. Urusan orasi juga jago. Saat Deklarasi Relawan Prabu kemarin, Budiman pidato tanpa teks dengan isi terukur dan nggak ngelantur, ilmiah, dan cerdas. Bukan hafalan juga. Tanpa teks, Gaes….! Tanpa nervous yang bikin wajah jadi pucat dan tegang. Itu artinya, semua omongannya memang kesejatiannya. Semua ilmu tingkat tinggi yang udah terintegrasi dengan dirinya. Bukan dibikinin orang.

Kelebihan-kelebihan Budiman ini bikin kompetitor panas dingin. Budiman emang paket komplet. Kisah hidupnya membuktikan dia pemberani, siap berjuang dan nggak takut mati. Demi cita-citanya untuk Indonesia yang lebih baik. Dia juga pinter. Dia juga bersih. Hidup bersahaja, bikin kita teringat para pendiri Bangsa seperti Soekarno, Muhammad Hatta, Syahrir dan lain-lain. Secara fisik, ia cukup good looking tanpa terjebak untuk mem-branding dirinya ganteng dan menggunakannya untuk kampanye politik.

Jadi jangan kaget kalo Prabowo langsung menyebut Budiman calon pemimpin kita. Ini nih yang bikin panas dingin lawan-lawan politiknya. Bayangin aja, Prabowo memimpin survei Capres terus, eh ditambah masuknya Budiman pula. Apa nggak ciut nyali mereka. Di situlah mungkin mereka beramai-ramai mengeroyok Budiman. Satu komando. Dan Budiman tetap cool. Tidak sedikit pun terpancing emosi atau gantian menjelek-jelekkan penyerangnya.

Setelah Deklarasi Prabu, kegiatan serupa buru-buru ditiru kompetitor. Mereka juga ikutan deklarasi di Semarang. Nggak kreatif. Ada lagi pendeklarasian kelompok relawan di mana-mana buat jadi wapres. Seakan semua ketakutan bila momen-momen kritis menjelang Pilpres 2024 ini menjadi ajang berkibarnya Prabowo dan Budiman. Keduanya makin masif diserang, meski demikian tanpa harus dikomando, tanpa harus dibayar, banyak yang sukarela membantu Prabowo dan Budiman.

Sebuah akun @trustfall21 menulis dengan lucu sembari menyebut inisial salah satu buzzer yang kerap menyerang BS, menulis: DS vs BS ibarat langit dan toilet…”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *