Indikator Politik Indonesia mengungkapkan, TNI berhasil mempertahankan tingginya tingkat kepercayaan publik selama tujuh tahun berturut-turut. Menurut Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, hasil survei pada periode 2-6 November 2021 menunjukkan tingkat kepercayaan publik terhadap TNI mencapai 94 persen. TNI menjadi lembaga paling dipercaya publik dibanding institusi-institusi lain. Keberhasilan ini tak lepas dari tangan dingin Jenderal (TNI) Andika Perkasa sebagai Panglima.
Nama Jenderal Andika banyak disebut dalam bursa Capres 2024. Apalagi Jenderal Andika ditunjuk menjadi saksi dalam pernikahan Ibu Idayati, adik Presiden Jokowi, dengan Ketua Mahkamah Konstitusi Anwar Usman pada 26 Mei 2022 di Solo. Banyak orang kemudian menebaknya sebagai restu Jokowi untuk Jenderal Andika menjadi Capres 2024.
Tak hanya itu, nama Jenderal Andika juga kerap muncul dalam survei elektabilitas capres. Dalam survei yang dirilis Litbang Kompas pada Januari 2022, nama Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa berada di atas Erick Thohir dan mantan Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo. Hasil survei Charta Politika, juga di periode yang sama, kembali memunculkan nama Jenderal Andika sebagai rising star di tengah nama-nama lama Prabowo, Anies dan Ganjar.
Aura kepemimpinan yang dimiliki Jenderal Andika menarik perhatian publik. Tokoh militer dianggap cukup menarik untuk menjadi pemimpin RI karena berkaitan dengan urgensi isu pertahanan dan kedaulatan di masyarakat. Apalagi hampir selama satu dekade terakhir Indonesia kerap mengalami gangguan keamanan terkait fundamentalisme dan radikalisme agama.
Dalam fit and proper test sebagai Calon Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa berjanji akan membawa lembaga kemiliteran tersebut menjalankan penugasannya lebih baik sesuai peraturan, tanpa mengambil tugas yang menjadi ranah kementerian atau lembaga lain. Salah satu fokus utamanya membawa TNI melaksanakan tugasnya sesuai UU.
Sebagai Panglima TNI, pekerjaan Jenderal Andika memang tidak ringan. Sesaat setelah dilantik, ia langsung dihadapkan dengan masalah Papua. Di sisi lain, TNI juga tengah melaksanakan Operasi Militer Selain Perang antara lain membantu pemerintah menangani wabah Covid19.
Menurut Jenderal Andika, TNI akan menawarkan pendekatan humanis dalam konflik Papua yang telah berlangsung lama tersebut, bukan lagi pendekatan militer yang kaku. Jenderal Andika memulai dengan merekrut 1.000 pemuda-pemudi asli Papua menjadi prajurit semasa menjadi KSAD.
Jenderal Andika sangat menegaskan prinsip ‘how to win a battle without war’, memenangkan hati rakyat tanpa harus bertempur. Penyelesaian konflik Papua bukan lagi dengan mengandalkan unit tempur, melainkan unit teritorial dengan cara menggerakkan Babinsa, Tamtama dan Kodim untuk melakukan komunikasi intensif dengan masyarakat. Komunikasi yang menekankan persaudaraan, dan tak melihat mereka yang berseberangan sebagai musuh. Tidak heran bila Jenderal Andika kemudian dianggap sebagai Panglima yang humanis dan sangat menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan.
Sebagai sosok humanis, Jenderal Andika membuat gebrakan heboh dan menjadi sorotan lewat perubahan kebijakan persyaratan seleksi penerimaan prajurit. pada 2022. Larangan mengikuti seleksi penerimaan prajurit bagi keturunan anggota atau simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) pun dicabut oleh Jenderal Andika. Jenderal Andika melihat tidak ada landasan hukum dalam kebijakan melarang keturunan anggota atau simpatisan PKI untuk mengikuti seleksi. TAP MPRS Nomor 25 tahun 66 menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang. “Tapi tadi yang dilarang itu PKI, kedua adalah ajaran Komunisme, Marxisme, Leninisme, itu yang tertulis. Keturunan ini melanggar TAP MPR apa?, Dasar hukum apa yang dilanggar sama dia?,” ujar Jenderal Andika.
Tentu saja keputusan ini disambut dengan gemuruh oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Membuktikan dirinya seorang pemimpin berani tak populer.
Ternyata semasa menjabat Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), juga Andika juga membuat sejumlah kebijakan yang dinilai terobosan dan tentu saja humanis. Jenderal Andika Perkasa memutuskan menghapus tes keperawanan yang dianggap tidak relevan dalam syarat proses penerimaan anggota Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad). Dalam perekrutan tersebut, yang diperlukan hanya tes kesehatan, sehingga tes yang tak berkorelasi langsung dengan kesehatan dihapuskan. Jenderal Andika juga tak mewajibkan lagi pemeriksaan kesehatan bagi calon istri TNI, cukup melakukan pemeriksaan administrasi terkait pernikahan. Pemeriksaan kesehatan dianggap menjadi urusan prajurit.
Jenderal Andika Perkasa juga menetapkan persyaratan baru dalam penerimaan anggota Kopassus yakni harus berdinas minimal empat tahun dan sudah pernah ditugaskan dalam operasi. Persyaratan sebelumnya hanya berdasarkan minat individu. Persyaratan baru ini menyebabkan anggota Kopassus yang terpilih benar-benar yang punya kemampuan bertempur. Dari semua perubahan-perubahan yang dilakukan dalam perekrutan TNI itu, intinya Jenderal Andika mengeliminasi segala tes yang tak berkaitan langsung dengan kinerja prajurit.
Belum lepas dari ingatan publik, semasa menjadi KSAD itu, Jenderal Andika berperan besar membantu Serda Aprilia Santini Manganang, mantan atlet bola voli nasional, untuk melakukan operasi koreksi kelamin. Manganang mengalami hipospadia, atau kelainan letak lubang kemih. Manganang kemudian mendapatkan identitas jenis kelamin baru sebagai seorang lelaki melalui putusan Pengadilan Negeri Tondano, Sulawesi Utara, pada 19 Maret 2021.
Ada banyak cerita kecil tentang Jenderal Andika. Mulai dari dirinya yang kerap memakai kaos body fit dengan gambar-gambar superhero komik, hingga kedisiplinan Sang Jenderal dalam menjaga kondisi tubuhnya. Ia juga mendorong perwira-perwira juniornya agar rutin berolahraga.
Pada 29 Juni 2021 akun Youtube TNI AD mengunggah video apel terpusat Komandan Korem dan Komandan Kodim pada Desember 2020 di Markas Besar Angkatan Darat, Jakarta. Jenderal Andika kemudian meminta para perwira yang berbadan gembrot maju ke depan. Tak lama, 11 dandim dari sejumlah wilayah di Indonesia yang berperawakan tambun pun berbaris di sebelah Andika. Jenderal Andika memotret mereka lalu meminta mereka mengupdate foto dan berat badan secara periodik. Bukan penampilan yang menjadi perhatian Jenderal Andika, namun bentuk tubuh karena merepresentasikan kondisi kesehatan para prajurit.
Pada Agustus 2018, semasa menjabat KSAD, terjadi insiden Ciracas. Sejumlah personil TNI AD menyerang Polsek Ciracas. Jenderal Andika bukan hanya meminta maaf atas kejadian tersebut, tetapi memerintahkan jajaran Polisi Militer bertindak setegas dan seadil mungkin. Perbuatan para terduga pelaku sudah memenuhi Pasal KUHP Militer untuk diberikan hukuman pemecatan karena tidak mencerminkan sumpah prajurit. Jenderal Andika pun menjamin TNI AD akan mengganti rugi kerusakan dan biaya perawatan rumah sakit korban.
Jenderal Andika pun memerintahkan agar tidak ada anggota TNI AD yang berupaya menutupi peran pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini. Dia mengancam akan menjerat mereka dengan pasal penghalangan penyidikan atau obstruction of justice. Jenderal Andika tidak saja membuka kesempatan seluas-luasnya pada publik untuk mengikuti peristiwa itu, tetapi membuat terobosan mengingat selama ini kasus-kasus serupa kebanyakan menguap begitu saja.
Pada awal Agustus 2021, tim pengawasan dan evaluasi TNI AD menemukan kejanggalan penggunaan anggaran pada Pendidikan Kejuruan Bintara Infanteri (Dikjurbaif) dan Pendidikan Kejuruan Tamtama Infanteri (Dikjurtaif) Gelombang II Tahun Anggaran 2020. Kejanggalan tersebut berupa pemotongan gaji siswa, anggaran makan, dan penambahan anggaran yang sengaja dilakukan untuk kepentingan pribadi. Praktik tersebut terjadi di seluruh Depo Pendidikan dan Latihan dan Pertempuran (Dodiklatpur) di seluruh Resimen Induk Kodam (Rindam) seluruh Indonesia.
Jenderal Andika kemudian memerintahkan semua uang harus dikembalikan lengkap dengan bukti transfer. Seluruh prajurit yang terlibat dalam penyalahgunaan anggaran tersebut mendapatkan hukuman disiplin militer. Hebatnya lagi, temuan itu diunggah dalam akun Youtube TNI AD. Jenderal Andika memang sangat menekankan transparansi dan ketegasan dalam bertugas.
Jenderal Andika pun melakukan diplomasi politik yang tidak banyak diketahui publik. Dalam ASEAN Armies Rifle Meet (AARM), perlombaan menembak di antara Angkatan Darat se-ASEAN, TNI AD sudah 13 kali menjadi juara umum dari total 28 kali penyelenggaraan. Pada 2019, saat TNI AD menjadi penyelenggara AARM ke-29, Jenderal Andika membuat terobosan baru.
AARM diubah tidak lagi menjadi ajang kompetisi antar angkatan darat negara-negara ASEAN, melainkan kompetisi empat tim tentara yang masing-masing terdiri atas sepuluh orang. Anggota tim itu berasal dari berbagai negara ASEAN. Efeknya besar. Tim mana pun yang menang, semua negara pulang dengan rasa bangga. Cara ini memenangkan hati dan pikiran militer negara-negara ASEAN dan meningkatkan kerjasama dan perdamaian.
Tidak heran jika Jenderal Andika kemudian digadang-gadang sebagai salah satu kandidat presiden 2024. Hasil survei Parameter Politik Indonesia baru-baru ini menunjukkan 30,2 persen responden menyukai kombinasi Capres Militer-Cawapres Sipil. Perpaduan militer-sipil ini bahkan mendapatkan poin tertinggi dibanding kombinasi Capres-Cawapres dari sipil semua maupun militer semua atau Capres sipil- Cawapres militer.
Selain Jenderal Andika, Prabowo Subianto yang juga berlatar militer kerap disebut sebagai kandidat Presiden. Akan tetapi, sosok eks Danjen Kopassus itu belakangan mulai banyak ditinggalkam basis pendukungnya yang mayoritas berasal dari kelompok Islam sayap kanan. Kebanyakan pendukung Prabowo belum bisa menerima keikutsertaan Prabowo dalam kabinet Presiden Jokowi. Sementara dari kelompok nasionalis, nama Prabowo tetap bukan pilihan.
Sebaliknya, Jenderal Andika punya rekam jejak anti radikalisme.
Di tahun 2002 semasa masih berpangkat Kolonel Infanteri, Jenderal Andika menangkap Omar Al Faruq, tokoh Al Qaeda sekaligus tangan kanan Osama bin Laden yang turut menjadi sasaran pemburuan oleh Amerika Serikat.
Trend popularitas Jenderal Andika pun makin menguat dari waktu ke waktu. Apalagi Andika banyak mendapat penghargaan militer dari pemerintah di luar negeri, sebagai bukti kemampuannya dalam pertahanan dan menjaga kedaulatan.
Pemerintah Singapura memberinya penghargaan Meritorious Service Medal atau Medali Layanan Berjasa (Militer) karena dinilai berjasa dalam memperkuat hubungan pertahanan antara Angkatan Darat Singapura dan Angkatan Darat Indonesia serta meningkatkan hubungan antar masyarakat yang lebih baik melalui pertukaran profesional antara kedua Angkatan Darat.
Jenderal Andika juga menjadi satu-satunya orang Indonesia yang menerima Medali Legion of Merit– degree of Commander, penghargaan paling bergengsi dari Amerika Serikat (AS) karena memberikan pengabdian dalam memperkuat hubungan Angkatan Darat Indonesia dan AS sekaligus memberikan kontribusi positif bagi stabilitas keamanan di Laut China Selatan yang kerap disebut kawasan Indo-Pasifik.
Dari penghargaan-penghargaan itu dapat dilihat bahwa Jenderal Andika sangat diperhitungkan dunia dalam menjaga stabilitas kawasan Indo-Pasifik, di tengah menguatnya tensi persaingan global. Daya tarik Indo-Pasifik membuat isu kawasan ini belakangan paling banyak dibahas di level politik internasional. Peneliti Michael Swaine dalam America’s Security Role in the South China Sea, bahkan menulis, magnet Indo-Pasifik ini membuat negara sekelas AS dan China pun kepincut untuk ambil bagian dalam perebutan pengaruh di kawasan ini.
Untuk mengimbangi perebutan pengaruh tersebut, diperlukan Pemimpin yang menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan Indo Pasifik. Orang yang mampu menegakkan kedaulatan Indonesia baik di kawasan maupun dunia, untuk mengantarkan Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
Jenderal Andika memiliki kemampuan itu dan diakui dunia.
Iwan Raharjo