ANIES DAN KONTROVER”SIAL” FORMULA E

Berita dan gambar atap Formula E di Ancol yang ambruk menghias ruang2 media dan percakapan di WhatsApp group. Sebenarnya Sudah dapat kita tebak, dengan pembangunan yang terbilang singkat dan berbau amis akan banyak permasalahan. Lucunya dengan staff ahli dan TGUPP yang dibayar dengan nominal yang cukup fantastis tidak ada yang memberitahu beliau kalau yang dibangun adalah arena sirkuit untuk acara internasional bukan tahu bulat yang bisa dibuat dadakan.

 Sebenarnya bukan hanya formula E balap mobil listrik project DKI Jakarta yang bagi kita agak tidak masuk nalar. Banyak project-project lainnya yang juga lucu dan aneh. Satu-satunya kelebihan yang dimiliki oleh bapak Anies Baswedan adalah kelebihan bayar.

 Dimulai dari bangganya Sang Gubernur atas diselenggarakannya event internasional Formula E yang diikuti oleh 24 pembalap dari 13 negara akan tetapi Indonesia tidak menyumbang satu atletpun (mungkin dikarenakan atlet kita lebih tertarik terjun ke formula F daripada mobil balap listrik yang serasa main bombom car). Disini Sang Gubernur menggunakan kelebihannya, yaitu kelebihan bayar untuk komitment fee. Jakarta membayarkan komitment fee sebanyak 560 milliar yang didanai oleh APBD. Disini kelucuan pertama dimulai, balapan Formula E memang tergolong ajang International tetapi tidak sepopuler formula F. Sang Gubernur yang berkali kali menyatakan ajang balap Tamiya ini tidak menggunakan APBD nyatanya zonk. Beliau menggunakan keahlian beliau lainnya yaitu merangkai kata-kata. Dimulai oleh salah satu SJW yang menelusuri biaya komitment untuk Formula E dan menjadi viral. Dalam semalam komitment yang awalnya sekitar 2,3 triliyun menjadi 560 milliar dan itupun masih berlipat-lipat mahalnya dibandingkan negara lainnya yang menjadi tuan rumah untuk Formula E di negaranya. Bahkan ada beberapa negara yang free commitment fee.

Kelucuan kedua adalah track untuk formula E. Awal rencana, balapan tersebut akan diadakan di sekitaran Monas.  Mungkin Sang Gubernur dan Tim mempunyai sentimentil feeling untuk Monas. Mereka menyakini apapun yang ada hubungan dengan Monas akan berhasil. Seperti yang kita ketahui jabatan beliau didapat dari para pendemo ehem yang berjilid jilid di Monas. Pohon pohon tua yang berharga, bersejarah dan mahal yang berfungsi menyejukan ibu kota yang memang sangat crowded ditebang. Setelah didemo oleh para aktivis lingkungan, keluar lagi rangkaian kata-kata Indah, kalau pohon-pohon tersebut hanya dipindahkan sementara kareena sedang diobati. Saya yang lahir di Jakarta baru tau kalau Jakarta punya Rumah Sakit Pohon. Ruarr binasaa. Dan setelah 2 tahun ini para pohon yang sakit tidak juga kunjung balik kerumahnya kembali. Formula E pun tidak mendapat ijin Karena area Monas dan sekitarnya termasuk cagar budaya.

 Setelah pusing memikirkan lokasi akhirnya mereka mendapatkan lokasi arena balap di Ancol. Kelucuan ketiga pun bersambung. Kali ini masalah tender yang dimenangkan oleh PT Jaya Konstruksi. Seperti selalu ingin menyaingi Mr. President kita yang sukses membuat arena balap Moto GP dan sukses pula penjualan ticket di masa pandemi, Sang Gubenur hendak membuat debut dengan Formula E ini. Seperti yang kita ketahui PT Jaya Konstruksi adalah anak perusahaan dari PT Pembangunan Jaya , badan usaha milik daerah (BUMD) DKI Jakarta. Lho? Katanya tidak menggunakan APBD atau akan mendapatkan sponsor dari swasta? Ahh itu kan pembicaraan kemaren. Orang Indonesia pemaaf dan gampang lupa kok. Walaupun hanya balap balapan Tamiya, PT Jaya Konstruksi juga membutuhkan dana. PT Jaya Konstruksi meminjam dana sebesar 1,2T dari Bank DKI yang juga BUMD DKI dan langsung disetujui. 

 Apakah kelucuan terhenti? Oh jelas tidak ..pembangunan di area Ancol yang tanahnya konon berlumpur mengalami kendala, yang akhirnya Babe Jokowi datang untuk meninjau tak lama masalah pun teratasi. Kelucuan terus berlanjut, setelah melalui komitmen fee, lokasi, tender, kelucuan keempat adalah penjualan tiket. Diberitakan oleh detik .com H-67 race panitia belum membuka penjualan tiket. Setelah lama berselang Managing Director Formula E Jakarta Gunung Kartiko memaparkan 69,7 persen pembeli tiket adalah Warga negara asing, 21,2 persen Warga Indonesia dan sisanya lain lain. Wow kalau bener banyak warga asing lumayanlah untuk pemasukan walau secara matematika jauhhhh dari untung. Anehnya ketika dikepohin masih banyak hotel hotel sekitar yang tersedia. Apa mungkin Sang Gubenur berniat mendirikan tenda di Monas untuk penonton asing tinggal??

Penjualan tiket Formula E juga dianggap gimmick yang tergimmick. Penjualan yang dihargai untuk kelas festival dihargai rp 250.000 sudah termasuk tiket masuk area Ancol dan segala wahana yang tersedia (Dunia Fantasi, band band kenamaan, dll) penonton tidak akan duduk di tribun melainkan melihat dari layar yang disediakan. Sebagai Catatan tiket masuk Ancol adalah rp25.000 perorang dan tiket Dunia fantasi adalah kisaran dimulai dari harga rp 250.000an. Woww… gimmick macam apa ini? Ibarat menukarkan uang seratus ribuan dengan uang lima puluhan.

 Belom berhenti sampai disana, kelucuan juga terjadi dengan sponsor yang katanya banyak perusahaan swasta yang mengantri nyatanya zonk juga. Siapa yang mau berinvestasi jika hasil akhirnya rugi? Solusi andalan adalah meminta bantuan BUMN. Sayangnya ambisi Sang Gubernur ditolak dikarenakan banyak penolakan dari banyak pihak. Desas desus CEO BUMN yang juga berambisi maju 2024 mengganggap Sang Gubernur adalah rivalnya. Akhirnya urusan sponsor didapat dari seorang Taipan berketurunan Tionghoa yang mash belom jelas apa deal diantara mereka. There’s no such thing as free lunch. Sebagai fun fact Formula E, mereka mendapatkan sponsor bir kenamaan Belanda Heineken.  Sayangnya sebagai Gubernur yang diangkat pendemo Monas, mau tak mau Gubenur yang masih memiliki kepentingan suara mengikuti kemauan pengusungnya. Kabar burung mengatakan mereka tetap mensponsori tapi tidak menggunakan logo. Mungkin Gubernur dan tim mengganggap kita hanya tau miras cap Tikus dari Menado.

 Menjelang H-7 tau tau atap tribun ambruk menutupi sebagian kursi penonton. Sebagai warga Indonesia saya bersyukur atap tersebut ambruk bukan di hari H. Bayangkan tragedi apa jika ambruk di hari H? yang menyebalkan masih ada pembelan karena angin dari laut yang kencang. Haloooo Mandalika itu pesisir pantai dan arena sirkuitnya lebih rumit daripada Formula E yang bisa menggunakan aspal jalanan seperti yang digunakan dijalan Sudirman dan sekitarnya. Hitung punya hitungpun secara permeter, sirkuit Formula E jauh lebih mahal dari aspal yan untuk Thamrin – Sudirman dan sekitarnya. Kapan sih mereka akan sadar pentingnya perencanaan? Bikin tahu bulat dadakan aja itu hanya gimmick. Nyatanya penjual tahu bulat juga ada perencanaan dan effort. Yang jelas untuk setiap langkah pasti ada kelebihan Sang Gubenur, kelebihan bayar.

Setelah selesai acarapun, kabarnya arena tersebut akan dibongkar kembali dikembalikan kepada pihak Ancol. Jadi kelebihan Sang Gubernur adalah kelebihan bayar, merangkai kata, dan bongkar pasang.

 Sekarang ajang Formula E tinggal hitungan jam. Acara yang akan diadakan tanggal 4 juni ini smoga sukses dan lancar. Sejatinya bangsa Indonesia yang ingin Indonesia dipandang dunia, saya juga ingin acara ini sukses walau dengan segala kontrover”sial”nya yang amis. Apa karena Gubernurnya bernama Amis Baswedan?? We never know

Ayumi Lestari

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *