Elektabilitas Gibran Terus Meroket

Sekarang eranya pemimpin dari kalangan muda, tak cukup pemimpin yang paham dunia muda. Ungkapan ini kerap kita dengar saat ini. Benarkah demikian?

Melihat fenomena naiknya elektabilitas Gibran rakabuming Raka, Walikota fenomenal dari Solo, ungkapan itu menjadi sangat tepat. Walikota yang satu ini, kini menjadi role model bagi kepala daerah, baik yang tua ataupun muda. Sebagai pemimpin ia otentik, punya ide-ide orisinil. Tak peduli idenya membuatnya populer atau tidak. Creative hub, wadah kreatif untuk wirausaha misalnya. Bertahun-tahun sejak reformasi, baru Gibran lah yang terpikir dan concern untuk membangun ekosistem bisnis bagi UMKM. Cara-cara pendekatan tradisional bagi UMKM seperti pelatihan membuat  produk ini dan itu, tak cukup bagi Gibran. Ia membekali UMKM Solo dengan ilmu digitalisasi untuk bersaing secara global. Mulai dari packaging hingga penetrasi pasar. Ini baru salah satu contoh inovasi Gibran.

Banyak orang tidak heran  ketika nama Gibran  banyak disebut dalam survei kredibel. Elektabilitasnya meroket. Membuatnya setara dengan nama-nama seniornya yang jauh lebih tua dan bahkan jauh lebih lama berkecimpung di dunia perpolitikan.  Dalam survei Popularitas Tokoh Nasional yang dirilis Populi Center pada tanggal 5-12 Juni 2023, nama Gibran berada di urutan ke 6 dari 16 tokoh yang terjaring. Mengalahkan nama para Ketua Umum Partai terkenal seperti AHY, Erik Thohir dan Airlangga Hartarto. Padahal Gibran bukan Ketua Umum Partai dan hanya walikota. Masih muda pula. Popularitasnya pun mengalahkan Puan Maharani yang kita semua tahu adalah seniornya di PDIP.

Dari survei tersebut terlihat, popularitas Gibran semakin meningkat di bulan  Juni dibanding bulan sebelumnya. Trend peningkatan diperkirakan akan terus meningkat bahkan akan ada akselerasi peningkatan popularitas. Kinerja Gibran selama menjadi Walikota dianggap sebagai antitesis dari cara-cara berpolitik tradisional yang hanya mengutamakan transaksi dan lobby politik. Bukan kerja di dunia nyata.

Tidak heran dari survei Populi Center itu, nama Gibran dicalonkan untuk tiga posisi strategis. Gubernur Jawa Tengah, Gubernur DKI dan bahkan ia dianggap sebagai salah satu kandidat Cawapres potensial. Di bulan Mei, 66,3 persen masyarakat setuju bila Gibran menjadi Gubernur Jawa Tengah. Hanya dalam satu bulan, di bulan Juni elektabilitasnya sebagai calon potensial Gubernur Jawa Tengah meningkat pesat menjadi 73,19 persen. Bukan main. Melesat sepuluh persen hanya dalam satu bulan. Demikian juga seandainya Gibran berminat menjadi Gubernur DKI, elektabilitasnya sebesar 51,2 persen di bulan Mei dan meningkat menjadi 59,1 persen. Yang setuju Gibran sebagai Cawapres mencapai 43,2 persen di bulan Juni.

Untuk ukuran pemimpin muda yang terjun ke politik belum sampai sepuluh tahun, penerimaan terhadap sosok Gibran luar biasa besar.  Baik di level Gubernur di dua wilayah padat penduduk yaitu Jawa Tengah dan DKI, maupun di level lebih tinggi lagi sebagai wakil presiden. Itu artinya lagi, masyarakat menginginkan Gibran masif membangun dalam skala yang lebih luas. Tak hanya membangun kota, melainkan provinsi bahkan negara. Pembangunan Kota Solo yang masif sejak dipimpin Gibran, bisa jadi menjadi dambaan masyarakat umum untuk dilakukan di banyak wilayah Indonesia lainnya. Dan harapan itu ditujukan pada sosok muda Gibran Rakabuming Raka. Apalagi Jawa Tengah dan DKI sebagai daerah dengan jumlah penduduk yang banyak, tentu memiliki problematika sosial yang tak sedikit. Untuk itu diperlukan pemimpin yang terbukti mampu melakukan pembangunan dan mengurai permasalahan-permasalahan yang ada. Elektabilitas hingga 73,9 persen (Jateng) dan 59,1  persen (DKI) tentulah angka yag tak mungkin diberikan pada pemimpin yang hanya bisa pencitraan ataupun naik karena privileges. Dipastikan, prestasi Gibran membuatnya menjadi sosok pemimpin yang amat sangat bisa diterima di untuk memimpin wilayah luas seperti provinsi.

Di luar dugaan, nama Gibran justru ikut berkibar meramaikan bursa survei cawapres dengan angka cukup fantasti 43,2 persen. Artinya kiprah Gibran sebagai Walikota Solo mendapat perhatian dari masyarakat Indonesia. Bukan hanya perhatian tapi juga apresiasi dari masyarakat. Gibran berhasil meraih hati masyarat Indonesia. Ini tentu prestasi, mengingat dunia menganggap masyarakat Indonesia tercermin dalam perilaku mereka dalam bermedia sosial. Netizen terjulid sedunia. Susah dibuat senang, namun mudah memberi cuitan pedas dan nyinyir. Tipe masyarakat ‘lambe turah’, ada banyak di sekitar kita.

Kinerja Gibran selama 3 tahun ini memang berjalan sesuai dengan harapan masyarakat Solo. Bukan hanya indikator-indikator konvensional seperti infrastruktur yang terpelihara ataupun pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan telah berjalan sesuai arahan Pemerintah Pusat. Gibran terbukti melahirkan kembali pamor Kota Solo sebagai Kota Budaya. Revitalisasi kota telah mengembalikan aura Solo sebagai Spirit of Java. Kegiatan kebudayaan kembali hidup, pariwisata kembali semarak, dan yang paling hebat, spiritualitas tetap dibangun karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat relijius. Masjid Besar Zayed menjadi bukti bahwa Solo kini pun telah menyandang predikat baru sebagai kota wisata religi. Tak hanya untuk muslim, wisata religi ini juga menjadi ramai karena Gibran sangat peduli pada setiap hari raya keagamaan lain. Membangun toleransi dan penerimaan pada keberagaman serta harmoni yang damai. Gibran sepertinya memang sangat tahu kebutuhan masyarakat kini yang tak hanya materil tetapi juga membangun spiritualitas relijius.

Itu bagi masyarakat Solo. Masyarakat di luar Solo umumnya terkagum-kagum karena Gibran turun tangan langsung dan super duper responsif terhadap pengaduan masyarakat. Ia bahkan menjawab sendiri semua pengaduan masyarakat lewat akun Twitter-nya. Ia dengan telaten akan bertanya di mana lokasi kejadian, apa yang dibutuhkan, dan sesegera mungkin masalah akan diselesaikan jajaran stafnya. Berani mengambil kebijakan tidak prosedural agar masalah cepat selesai. Ia pun tak ragu-ragu meminta maaf, menulis dengan santun: maaf saya salah.

Sampai di sini, paham kan kenapa namanya berkibar di semua level survei? Kiprah Gibran sesuai dengan harapan atau keinginan masyarakat Indonesia. Ia muda, pemberani, inovator, sekaligus rendah hati dan tak ragu meminta maaf. Inilah pemimpin muda yang tak ada keraguan di dalamnya.

Fatimah Wardoyo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *