Gamang, Gamang, Gamang…. Indonesia Tanpa Jokowi

Ada yang sedikit berbeda pada Musra kali ini. Musyawarah Rakyat Relawan Presiden Jokowi pada hari Minggu, 14  Mei 2023 ini tetap dihadiri ribuan relawan. Dari luar mereka terlihat tetap gegap gempita dan penuh semangat seperti biasanya, namun ternyata semua peserta merasa bersedih, teringat akhir masa jabatan Pak Jokowi hampir selesai…

Tak hanya di Musra, sehari-hari pun kita kerap melihat masyarakat yang tak antusias menghadapi Pilpres 2024. Mereka gamang, apakah pengganti Presiden Jokowi nanti bisa melanjutkan sukses Presiden Jokowi membangun Indonesia.

Dalam setiap kunjungan-kunjungan Presiden Jokowi ke wilayah akhir-akhir ini, nyaris selalu kita temui warga yang menangis sedih atau prihatin memikirkan masa depan Indonesia pasca Jokowi. Mereka kebanyakan orang biasa, tidak terlalu paham politik, dan selama ini tak pernah peduli Indonesia dipimpin siapa. Siapa pun presidennya, bagi mereka hidup tetaplah harus bekerja keras dan mencukupi kebutuhan sendiri.

Entah kenapa, di era kepemimpinan Presiden Jokowi, masyarakat merasa begitu terikat hatinya pada Presiden Jokowi. Mereka enggan berganti presiden karena tak yakin presiden ke depan adalah seorang tulus yang benar-benar memikirkan nasib rakyatnya. Tulus bukan sesuatu yang bisa dibuat-buat.

Mengapa, tentu saja karena kepemimpinan dua periode Presiden Jokowi dianggap sangat menunjukkan keberhasilan dan kemajuan. Di era Presiden Jokowi, masyarakat merasa hidup lebih mudah. BPJS menjamin kesehatan mereka, sehingga nyaris tak ada yang sakit dan tak mampu berobat. Inflasi terkendali,

Hingga akhir masa jabatannya, kepuasaan terhadap kinerja pemerintahan Presiden Jokowi memang seakan tiada habis. Survei kepuasan publik terhadap kinerja Presiden stabil di kisaran 70 persen. Angka luar biasa di era reformasi dimana masyarakat menjadi jauh lebih kritis, sekaligus menunjukkan kegamangan pada masa depan Indonesia pasca Pemilu 2024.

Presiden Jokowi juga dianggap membawa pesan damai karena menjamin kebebasan berpendapat, dan memberi kesempatan masyarakat untuk mengontrol jalannya pemerintahan. Tak pernah menggunakan isu-isu SARA dan tegas pada radikalisme. Tegas dalam hukum, sehingga stafnya yang terlibat korupsi tidak ragu-ragu ditindak. Belum lagi penanganan kasus aparat seperti kasus Ferdy Sambo dan Teddy Minahasa, serta ketegasan dalam penangkapan Gubernur Lukas Enembe.

Bukan cuma pendukung Presiden Jokowi yang terlihat gamang. Mereka yang bukan pendukungnya pun mulai khawatir pada masa depan Indonesia pasca Jokowi. Hasil survei Kompas di awal 2023 menunjukkan temuan yang mengagetkan. Bila pendukung Presiden Jokowi dalam Pemilu 2019 lalu mengungkapkan kepuasannya terhadap kinerja Presiden hingga 80 persen tentu bukan hal yang aneh. Namun menariknya, pada survei itu, mereka yang bukan menjadi pendukung Presiden Jokowi juga menyatakan rasa puas. Peningkatan apresiasi terhadap kinerja pemerintah dengan sendirinya semakin menguatkan secara simbolik kualitas kepemimpinan Presiden Jokowi di hadapan publik.

Kepuasaan tertinggi masyarakat di sektor perekonomian adalah pada program bantalan sosial di era Pemerintahan Presiden Jokowi. BLT dan program bantuan sosial lainnya telah diterima oleh sebanyak 20,65 juta keluarga penerima manfaat, 14,6 juta pekerja dengan gaji di bawah Rp 3,5 juta. Peran bantalan sosial dirasakan  melindungi masyarakat miskin dan rentan miskin. Menumbuhkan optimisme masyarakat bahwa persoalan besar dalam mengatasi kemiskinan bisa diatasi.

Bantalan Sosial sebenarnya program yang telah dilakukan bukan hanya Presiden Jokowi melainkan Presiden Indonesia lainnya. Tetapi Presiden Jokowi telah melakukan perbaikan yang sangat signifikan dengan membangun database, serta sistem penerimaan yang tak lagi tunai seperti di era presiden lalu. Database memudahkan masyarakat untuk mengevaluasi apakah tepat sasaran atau tidak.

Di tengah makin menghangatnya agenda perpolitikan menjelang Pemilu 2024, Presiden Joko Widodo juga menjadi rujukan politik yang utama dalam kontestasi Pemilu mendatang. Masyarakat bukan saja menginginkan calon pemimpin yang memiliki patron seperti Presiden Jokowi, melanjutkan kebijakan-kebijakannya, dan memiliki pandangan yang sama, tetapi juga the next haruslah yang mendapat restu Presiden Jokowi. Itulah mengapa Musra selalu penuh antusias dihadiri para relawan, sekaligus dinantikan seluruh Bangsa untuk mendengar arahan Presiden Jokowi.

Maka tidak salah bila dalam Musra kemarin Presiden Jokowi diminta menyebutkan capres yang paling pas untuk menjadi Presiden RI berikutnya. Tentu saja Presiden Jokowi negarawan sejati. Beliau akan mendukung siapapun yang dipilih rakyat dalam pesta demokrasi itu.

Namun menarik untuk disimak sisi pidato Presiden Jokowi itu. Bukan Cuma  kriteria pemimpin bmasa depan yang diungkapkan, tetapi juga tantangan bagi NKRI menghadapi era teknologi yang penuh ketidakpastian. Indonesia adalah negara besar dengan 280 juta penduduk sekaligus memiliki sumber daya alam yang melimpah. Di tangan pemimpin yang tepat, Indonesia dapat menjadi negara maju. Untuk itu Jokowi berpesan, agar pemimpin berikutnya harus mengutamakan agenda Hilirisasi. Agar produk-produk Indonesia tidak dijual sebagai bahan mentah melainkan sebagai produk jadi yang berlipat kali harganya.  

Jokowi menegaskan Indonesia membutuhkan pemimpin yang dekat dengan rakyat dan berani demi kepentingan rakyat. Yang merawat demokrasi di akar rumput, bukan di ranah elite saja. Yang harus didengar adalah suara rakyat, suara akar rumput. Bukan suara elite. Pemimpin yang tepat, pemimpin yang benar paham hati rakyat dan tahu kebutuhan rakyat.

Ada hal yang harus digaris bawahi dari pidato Presiden Jokowi itu. Presiden Jokowi menegaskan pentingnya presiden yang pemberani. Karena pemimpin yang berani akan tahu kekuatan bangsa ini. Mampu memanfaatkan peluang yang ada. Tidak terjebak rutinitas semata. Seseorang yang membuat strategi baik jangka pendek mau, drafting. Karena kita berhadapan dengan negara lain, bersaing dengan negara lain, berkompetisi dengan negara lain. Indonesia akan menjadi negara maju dengan pemimpin yang potensial

Apa yang dikatakan Presiden Jokowi itu benar. Sangat benar. Tapi ada satu hal yang mungkin akan sulit dipenuhi oleh pengganti Presiden Jokowi. Belum tentu ia akan mendapat tempat khusus di hati rakyat sehingga rasanya tak ingin Presiden Jokowi diganti Presiden lain.

Rasanya ingin Presiden Jokowi tetap menjadi Presiden Indonesia. Diperpanjang atau bahkan tiga periode. Andai saja konstitusi membolehkan. Tapi sayang, mimpi itu harus kita pupus. Bukan hanya karena konstitusi, tetapi juga karena Presiden Jokowi tak menghendaki. Bahkan Gibran putranya pun menegaskan ketidakinginannya bila Bapaknya menjabat lagi.

Masyarakat Indonesia Cuma bisa menangis. Mungkin jika kita tak ingin kecewa, ingin pemimpin yang dicintai seperti Presiden Jokowi, kita perlu mendengar wejangan Beliau tentang pemimpin Indonesia berikutnya….

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *