Pasca keputusan MK yang membuka jalan Gibran untuk dicalonkan sebagai cawapres, PDI Perjuangan bergerak cepat dengan mengumumkan cawapresnya yaitu Mahfud MD. Pengumuman resmi tentang cawapres ini dilakukan saat kader terbaik PDIP yaitu Jokowi sedang berada di luar negeri. Nampak jelas dan tegas Megawati mengirimkan pesan kepada Jokowi dan Gibran dengan menutup dan mengunci pintu pencawapresan rapat-rapat. Secara internal hal ini tentu untuk menjaga sekaligus memboosting moral kader dan massa akar rumput Moncong Putih. Namun di lain pihak, Megawati hendak mengatakan kepada Jokowi dan Gibran, tidak ada ruang bagi kalian untuk bermain politik dua kaki.
Dengan tertutupnya pintu pencawapresan melalui PDI Perjuangan, pilihannya tinggal satu yakni menjadi cawapres Prabowo. Politik abu-abu dan politik 2 kaki sudah tidak bisa dimainkan lagi. Inilah the moment of truth, saatnya memperlihatkan intensi politik yang sebenarnya apakah Jokowi dan Gibran akan tetap loyal kepada partai dengan mendukung Ganjar-Mahfud atau justru mengungsi ke kubu Prabowo.
Di medsos beredar kencang isu Prabowo menginginkan Gibran menjadi pendampingnya dan bahkan beberapa kali meminta ijin Jokowi untuk itu. Benarkah demikian? Jangan-jangan Gibran ke-GR-an saja. Namun melihat massifnya disain untuk mensterilkan hambatan konstitusional, menjamurnya relawan Gibran serta banyaknya spanduk dan baliho yang bertebaran dimana-mana, saya berpendapat memang sudah ada pembicaraan yang khusus dan serius mengenai posisi cawapres.
Namun sekali lagi yang namanya politik, dalam hitungan detik saja konfigurasi kepentingan bisa berubah dengan cepat sehingga misalnya Prabowo yang digambarkan begitu berselera mengejar Gibran, minatnya jauh berkurang terhadap Gibran. Mungkin ada yang hendak mengatakan, kan Gibran belum tentu mau maju sebagai cawapres. Ha…ha…ha, melihat rekam jejak kejadian di media sosial dan gerakan uji materi secara massif, saya punya feeling yang kuat bahwa Jokowi dan Gibran memang berambisi spy Gibran jadi cawapres Prabowo.
Nah…berhubung pintu di PDI-P telah tertutup rapat, maka kaki sudah pincang sebelah. Artinya bargaining power Jokowi-Gibran terhadap Prabowo tidak sekuat sebelum cawapres dari PDI Perjuangan ditetapkan. Dan bargaining Prabowo menjadi meningkat signifikan. Bagaimana jika kemudian Prabowo malah angin-anginan ? Akan kemanakah gerbong Jokowi-Gibran ditambatkan ?
Ruang yang tersisa untuk bermain abu-abu tinggal tujuh hari lagi. Kalau negosiasi kepentingan pasca 2024 tidak tercapai maka, masih ada kemungkinan Jokowi-Gibran tetap berada di PDI Perjuangan. Namun kalau negosiasi kepentingan bisa deal, maka prediksi saya, Jokowi akan mempersiapkan exit strategy untuk mengungsi ke partai lain. Karena tidak mungkinlah ketika Gibran berpasangan dengan Prabowo, Jokowi tetap di PDI Perjuangan, tetap mendukung Ganjar-Mahfud. Ia hanya akan menjadi pesakitan dan bulan-bulanan politik apabila memilih untuk tetap di sana.
Dan 1 hal yang saya harap jangan sampai terjadi karena konsekuensinya akan sangat berat. Jangan sampai distempel Pengkhianat Partai secara resmi dan sah disematkan. Jauh lebih terhormat dicap sebagai Pembangkang Partai. Namun jangan sekali-kali mendapatkan cap Pengkhianat Partai.
Dan sekali lagi….politik kita sebanal itu, kawan !