Pemilihan umum Presiden masih 2 tahun lagi, tapi para relawan/supporter salah satu calon sudah menggaungkan jagoan mereka masing masing. Di dunia sosial media kita sudah banyak melihat para garis keras pendukung calon tertentu yang aktif untuk memperkenalkan calon pilihan mereka.
Perkembangan global, teknologi informasi dan komunikasi, telah memicu pertumbuhan komunikasi dunia maya. Dari pemerintahan, kelembagaan, bisnis, dan kalangan masyarkat tidak bisa lepas dari kebutuhan teknologi informasi dan komunikasi ini. Media sosial ini juga dipakai para tokoh politik dalam dan luar negeri agar orang lebih mengenal mereka. Medsos memang sangat efektif dan cepat untuk mengenal seseorang. Lewat media sosial para tokoh politik menaikkan popularitas dan elektabiltas dirinya. Saya menyebutnya creative campaign.
Meski Pilpres masih 24 bulan lagi, kita sudah mendengar gaung-gaung para suppoter tokoh politik tertentu wira-wiri menghiasi segala ruang publik media. Dari obrolan-obrolan di warung kopi, nama yang paling sering terdengar adalah 3 gubenur: Ganjar Pranowo (Jawa Tengah), Ridwan Kamil (Jawa Barat) dan tentu saja gubenur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Anies Baswedan. Ketiga Gubenur ini memang aktif dan mempunyai relawan militan yang tidak kaleng–kaleng di media. Para relawan die hard yang aktif memperkenalkan tokoh pujaan pilihan mereka untuk maju menjadi RI 1.
Sebagai orang awam yang minim pengetahuan politik, rasanya ketiga nama ini yang diperkirakan orang akan maju mengikuti kontestasi 5 tahunan ini. Setiap membuka kolom politik, pasti nama mereka hadir. Mungkin karena Presiden kita saat ini dulu pernah menjabat menjadi seorang gubenur, menang Pilpres dua kali dan menghasilkan banyak karya nyata. Baik sewaktu menjabat gubenur maupun presiden. Orang pun berharap lebih kepada gubenur-gubenur untuk dapat memimpin Indonesia.
Jika saya disuruh mendeskripsikan satu kata untuk ketiga gubenur yang beritanya saya dapat dari media online, maka kesimpulannya: Blusukan untuk Ganjar Pranowo, Romantis untuk Ridwan Kamil, dan 212 untuk Anies Baswedan. Mereka adalah gubenur kekinian yang sadar teknologi. Secara karya dan kebijakan, masih belum banyak terdengar karya atau kebijakan mereka yang bermanfaat untuk orang banyak. Main policy seorang pejabat publik seharusnya kesehatan, pendidikan dan kemudahan administrasi. Indonesia yang besar ini, dengan ribuan pulau, ratusan etnis, budaya dan suku tidaklah cukup hanya dengan blusukan, romantis dan patung bambu getah getih yang mirip orang senggama. (Oops).
Kita butuh paket komplit yang bisa mengatasi problema dengan kerja nyata!
Pilpres 2024 ini selayaknya Presiden Jokowi menjadi standar untuk hasil kerja nyata. Banyak hasil kerja nyata yang sudah tercipta oleh mantan tukang kayu yang dianggap klemar klemer. Coba deh ketik di Google hasil kerja nyata Presiden kita yang seabrek-abrek…mulai dari infrastruktur yang mengagumkan untuk memudahkan kita dalam segi waktu dan kecepatan logistik. Kebijakan BBM satu harga (memenuhi sila kelima yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia), pemberantasan radikalisme antara lain dengan dilarangnya HTI dan FPI. Belum lagi prestasi prestasi yang diakui dunia. Seperti Bung Hatta anti corruption Award tahun 2010, Walikota terbaik Gatra Awards tahun 2011. Masuk dalam 100 tokoh paling berpengarug di dunia versi makalah Times tahun 2015. Mendapat Khazi Amanaullah Khan Medal tahun 2018 dan 50 Tokoh Muslim paling berpengaruh didunia tahun 2020.Nama Joko Widodo bahkan menjadi nama jalan di Uni Emirat Arab. Keren kan?
Penghargaan yang didapat bapak presiden kita sangat bergengsi, tidak seperti tokoh sebelah, tiap bulan mendapatkan penghargaan dari pemprov untuk pemprov. Ternyata Presiden kita wajah Hello Kitty, dalamnya Rambo. Jokowi sudah menciptakan standar nilai dan etos kerja seorang pemimpin. Jokowi sudah teruji ketika badai pandemi datang. Ketika banyak negara menyerukan lockdown, Jokowi mengambil sikap PPKM (lockdown tapi lebih halus 😜). Pemberian vaksin gratis juga adalah wujud kerja nyata untuk pemerataan kesehatan dan mengatasi penyebaran virus corona.
Dengan semua prestasi, kita mengharapkan Presiden mendatang paling tidak 11-12. Bila perlu lebih baik dan lebih bagus. Kita juga bisa berharap disisa 2 tahun ini barangkali gubenur-gubenur kekinian ini bisa membuat gebrakan nyata yang bermanfaat. Paling tidak mempercantik profile untuk maju ke pemilihan presiden.
Sebenernya dengan rakyat Indonesia sebanyak 272.229.372 juta menurut Mbah Google, pasti banyak para putra putri bangsa yang dapat diandalkan untuk membangun negri ini. Presiden Jokowi membuat kita memasang target yang tinggi untuk The next Mr President.
Rasanya pekerjaan rumah Jokowi tidak akan selesai dalam dua tahun ini. Masih ada project ibu kota baru, infrastruktur dan kebijakan kebijakan lainnya. Saya pribadi berharap paling tIdak beliau bisa tiga periode sedikitnya. Ada ketakutan jikalau Jokowi digantikan, legacy dan kebijakan Jokowi akan mangkrak (pinjem istilah toko sebelah). Bayangkan jika bukan Jokowi, mungkin di tengah jalan tol akan dihiasi patung getah getih dengan alasan indah dan seni. Mungkin juga akan dibuat lubang, biar air hujan turun ke dalam tanah sesuai Sunatullah. Atau gebrakan baru, jalan tol warna warni. hahaha
Dalam UUD 1945 pasal 7: “Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama , hanya untuk satu kali masa jabatan”
Presiden yang sudah menduduki masa jabatan dua periode tidak dapat dipilih kembali atau diperpanjang. Kecuali, terdapat perubahan pada UUD 1945. Jokowi sendiri sudah menolak untuk perpanjangan jabatan presiden. Paham bahwa Amendemen UUD1945 adalah domain dari MPR. Sikap politik Jokowi berdasarkan kesetiaan kepada UUD 1945 dan amanah reformasi 1998. Pasal 7 UUD 1945 amendemen pertama merupakan masterpiece dari gerakan demokrasi dan reformasi 1998.
Ketua Umum Relawan Jokowi Mania, Immanuel Ebenezer, meminta agar masa jabatan presiden Jokowi diperpanjang dua sampai tiga tahun, mengingat kondisi pandemi yang berkepanjangan membuat Pemerintahan Jokowi tidak maksimal bekerja untuk rakyat. Menurut Ebenezer, durasi jabatan ditambah berbeda dengan wacana presiden tiga periode.
Well..Semua itu tentu balik ke partai politik yang bermain. PKS sudah pasti akan konsisten menjadi oposisi. Demokrat yang masih berpengaruh kuat dan memiliki kepentingan untuk menaikkan putra mahkota AHY pasti akan menolak. Nasdem menolak wacana perpanjangan presiden dengan alasan berpegang pada aturan konstitusi. Partai Nasdem kita ketahui sudah merapat ke Anies Baswedan sejak pemilihan gubenur DKI. Gerinda sendiri mungkin masih penasaran ingin Prabowo yang maju, mungkin dengan harapan sudah tiga kali maju, paling tidak dapatlah piring cantik. Kecuali Megawati dengan PDIP-nya melakukan manuver di injuiry time yang orang tidak bisa tebak. Qiqiqiqi politik itu kejam…
Namun penolakan membuat mustahil rasanya Beliau akan lanjut tiga periode.
Hmm…Jika begitu, rasanya perlu kita perlu menaikkan putra terbaik bangsa kita yang masih tersembunyi. Pasti ada banyak putra putri bangsa yang kompeten dalam mengambil kebijakan dan karya. Oh iya.. Ada satu lagi gubenur yang viral belakangan ini. Gubenur Sumatra Utara, Edy Rahmayadi. Hanya satu kata untuk dia, harus di ‘jewer’ hahaha.
Sebenarnya selain 3 tokoh tersebut, masih ada Dedi Mulyadi dan Bima Arya. Dedi Mulyadi dari Partai Golkar, sudah intens melakukan publikasi dan meraih simpati di media sosialnya dengan terjun langsung ke masyarakat. Namanya bahkan lebih dipilih oleh responden ketimbang ketua umum partainya, Airlangga Hartanto. Arya Bima mungkin masih jauh dengan senior senior yang diatas, tapi mungkin beliau juga bisa jadi kejutan. Secara Arya Bima cukup sukses di Bogor. Gibran Rakabuming, Walikota Solo namanya juga layak diperhitungkan.
Semoga Presiden Republik Indonesia di tahun 2024 nanti orang yang dapat menjalankan Pancasila dengan baik, memberikan legacy yang membanggakan, kebijakan kebijakan yang dibuat bermanfaat banyak untuk masyarakat. Saya percaya, 270juta sekian banyak putra bangsa yang akan membuat Indonesia lebih baik. Indonesia tidak kekurangan orang pintar dan orang baik. Hanya kurang promosi. Mari kita munculkan orang orang yang berkualitas untuk menjadi permata bangsa dan aset bangsa. Yuk bisa yuk!!
Ayumi Lestari