Dalam dunia kerja sosial, setidaknya ada tiga strategi program yang disesuaikan dengan tingkat kematangan masyarakat penerima manfaat.
Pertama, program karitatif. Ini murni memberi kepada target sasaran, masyarakat penerima manfaat. Pemberian biasanya bahan makanan atau makanan konsumsi. Cocok untuk situasi darurat kebencanaan.
Kedua partisipatoris, dimana masyarakat dilibatkan dalam menganalisa, merencana, melaksanakan dan mengevaluasi program pembangunan dalam memecahkan persoalan setempat. Peran pemerintah menjadi pendamping. Ini konsep community devwlopment, masyarakat tidak lagi dijadikan obyek bantuan semata.
Ketiga transformatif, masyarakat didorong untuk merubah pola pikir, kebiasaan dan mentalitasnya yang selama ini menjadi akar penyebab persoalan2 sosial seperti kemiskinan dan penghambat kemajuan.
Kita masih ingat jaman Pak Harto berkuasa dulu, sudah sering menyerukan agar dalam pengentasan kemiskinan, masyarakat jangan hanya diberi ikan, tetapi berilah pancing dan ajarlah mencari ikan. Saya heran, menantunya yang sekarang hidup 30 tahun sesudahnya malah menerima ide program pemberian makan siang gratis. Program paling rendah, paling nggak mikir secara strategi.
Ini bukti pertama pembusukan dari dalam. Karena sangatlah tidak mungkin para cerdik cendekia di Bappenas, di Lippi, di kementrian Sosial masih berpikir sekelas panitia bakti sosial pelajar seperti itu. Para pembisik justru mempertontonkan kepada masyarakat, kalau Paslon itu sebegitu tidak pahamnya.