Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani memastikan Prabowo Subianto akan mencalonkan diri lagi di Pilpres 2024. Kepastian keikutsertaan Prabowo diungkapkan Muzani dalam Rakorda DPD Gerindra Sulsel. Ahmad Muzani menyatakan, majunya Prabowo karena begitu masifnya permintaan dari internal Partai Gerindra, di samping karena begitu besar harapan rakyat, untuk melanjutkan pembangunan dan cita-cita berpartai yang belum terwujud.
Hal ini juga mengingat Prabowo masih unggul dalam survei elektabilitas Capres pada beberapa survei terkini. Dalam survei SMRC September lalu, tiga urutan teratas adalah Prabowo dengan 20,7%, disusul Ganjar Pranowo 19% dan Anies Baswedan 14%. Survei Lembaga Indostrategic bulan sebelumnya, menempatkan Prabowo Subianto di posisi teratas dengan 17,5%, disusul Anies Baswedan 17% dan Ganjar Pranowo 8%. Pada bulan yang sama, survei Lembaga Indikator Politik menempatkan Prabowo di posisi teratas dengan 26%, kemudian diikuti Ganjar Pranowo 20% dan Anies Baswedan 15%.
Sebenarnya sudah bisa diduga Prabowo bakal nyapres lagi. Bila itu terjadi, ini akan menjadi kali keempat Prabowo nyapres. Di tiga Pemilu Presiden Prabowo selalu kalah. Namun bukan hanya itu yang menarik dari pencapresan Prabowo di Pilpres 2024. Lebih dari itu adalah pertanyaan publik terkait siapa bakal calon pasangan Prabowo, dan siapakah lawannya.
Menarik memang menelaah siapa kiranya bakal cawapres Prabowo terlebih dahulu. Hitung-hitungan politik selalu berkaitan dengan partai asal, apakah besar atau kecil? Ormas di belakang sosok yang muncul, apakah massanya potensial untuk memberikan dukungan? Satu lagi terkait modal politik sosok yang muncul. Bisakah maju tanpa modal? Tentu bisa asalkan ada bohir di belakangnya.
Sudah lama ada selentingan Prabowo bakal maju berpasangan dengan Puan Maharani. PDIP adalah partai pemenang Pemilu. Gerindra juga partai besar. Kemungkinan menang di depan mata. Karena mesin politik partai akan bekerja maksimal. Namun bisa jadi Puan tidak akan diajukan sejak dia diserang habis-habisan dan dibunuh karakternya oleh relawan Ganjar yang notabene juga berasal dari PDIP.
Prabowo-Ganjar? Mengingat kejadian-kejadian mutakhir, sepertinya PDIP makin antipati terhadap Ganjar. Sudah menjadi rahasia umum Ganjar yang begitu berambisi nyapres menggalang kekuatan sejak dua tahun lalu. Dia sudah lama membentuk tim medsos dan meng-hire para buzer dan influencer. Demi menaikkan elektabilitas, Ganjar melalui tangan relawan terus menyerang partai dan juga Puan yang sudah digadang sejak dulu oleh Ketua Umum dan para petinggi partai. Ganjar bak meludahi sumur tempat dia menimba air. Bahkan saking jengkelnya, petinggi PDIP menyebut rombongan Ganjar sebagai celeng. Celeng, representasi dari hewan predator yang culas.
Sehingga sepertinya PDIP saat ini akan berpikir 1000x sebelum mengajukan Ganjar untuk nyapres ataupun mendampingi Prabowo. Sedangkan kalau Ganjar tanpa dukungan PDIP, mungkin tetap menang tapi akan berat bagi Prabowo menjalankan pemerintahan dalam menghadapi parlemen. Lagian Ganjar sepertinya tidak mau jadi Cawapres. Maunya Capres.
Bagaimana dengan Prabowo-AHY? Ah, rasanya mustahil dua sosok dari militer bersanding. Apalagi posisi Agus Harimurti Yudhoyono saat ini sedang sulit, karena di partainya ada dualisme kepemimpinan. Saat ini kasus rebutan partai masih bergulir di pengadilan. Iya kalau kubu AHY yang menang. Kalau kubu Moeldoko yang menang, bisa jadi Moeldoko dan bukan AHY yang akan melakukan bargaining politik dalam Pilpres.
Prabowo-Mahfud? Bisa jadi sih… Mahfud adalah representasi nahdliyin yang berarti dari kalangan religius dengan massa yang besar. Dia juga dikenal sebagai negarawan dan cendekiawan yang tak diragukan lagi kapasitasnya. Dengan gerbong massa nahdliyin di belakangnya, bargainingnya cukup kuat untuk menjadi cawapres siapapun.
Bagaimana kalau Prabowo-Erick atau Prabowo Sandiaga? Erick dan Sandiaga adalah sosok muda yang populer, disukai dan kapasitasnya tak diragukan lagi. Dua sosok ini berlatar belakang konglomerat, tentu merupakan modal politik yang penting dalam sebuah pemilu, apalagi Pilpres yang membutuhkan dana besar. Namun mereka berdua bukan orang partai dan juga bukan orang yang punya gerbong massa besar. Prabowo akan pikir-pikir. Apalagi soal modal, Prabowo yang dari keluarga Cendana sudah lebih dari cukup.
Bagaimana dengan Prabowo-Anies? Sangat mungkin. Anies bukan dari partai tapi pendukungnya banyak. Dia juga sudah lama menggalang dukungan dari daerah-daerah. Bila ini terjadi, akan terulang penggunaan isu-isu agama dan jargon-jargon religius yang terbukti sukses mengantar Anies merebut tahta Gubernur DKI di tahun 2017 walau gagal ketika strategi ini diterapkan dalam Pilpres 2019.
Entah siapa yang akan mendamping Prabowo. Lebih dari itu, kalau Prabowo sudah punya pasangan maka pembahasan yang lebih menarik lagi adalah siapa lawannya nanti? Besar kemungkinan adalah nama-nama yang sudah beredar dan terjaring lewat survei tentunya. Bisa jadi lawan Prabowo adalah Ganjar. Bisa jadi yang lain, karena Pilpres masih lama. Yang paling seru adalah kalau Prabowo, Ganjar dan Anies sama-sama maju sebagai Capres. Itung-itungan politik akan terus berubah tergantung siapa cawapres mereka.