Tepat 1 tahun Indonesia mengalami pandemi COVID-19, kini Indonesia kembali dikagetkan dengan ditemukannya 2 kasus virus corona varian baru B.1.1.7. Mutasi virus corona varian B.1.1.7 ini terdeteksi di Inggris pada November 2020. Virus ini sudah menyebar ke beberapa negara, seperti Singapura, Malaysia, India, Korea Selatan, dan kini masuk Indonesia. Masuknya virus corona varian B.1.1.7 ini pastinya akan makin memperberat tantangan pandemi bagi Indonesia. Menurut Dante Saksono, wakil Menteri Kesehatan RI, kita harus melakukan riset dan penanganan yang lebih baik. Harus ada pengembangan riset yang semakin cepat, model-model penanganan yang lebih baik, dan studi-studi epidemologis secara analitik supaya dapat segera mencegah perluasan penyebaran corona varian baru ini.
Virus corona B.1.1.7 dikhawatirkan rawan menular. Mutasi virus ini lebih menular dibandingkan dengan varian awal SARS-Cov-2 yang ditemukan di Wuhan, China. Virus ini dikatakan lebih menular karena mengalami replikasi yang lebih cepat di tenggorokan. Ketua satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Zubairi Djoerban, mengatakan virus ini dapat bermutasi dan menyebar lebih cepat. Beberapa pernyataan mengenai corona varian B.1.1.7 meliputi penemuan awalnya di Inggris, varian ini lebih berbahaya dan lebih mudah menyebar, tidak mempan terhadap obat, dan kemungkinan tidak bisa diatasi dengan vaksin yang sudah ada. Mengingat virus corona sering bermutasi (“berganti baju”), maka penanganan harus dilakukan sesegera mungkin. Vaksin yang digunakan di Indonesia diharapkan masih dapat menangkal virus corona varian B.1.1.7 ini.
Tim Satgas COVID-19 juga masih memantau masalah ini. Adanya penemuan ini, berarti harus ada tindak lanjut atau penelusuran lebih lengkap supaya kasus positif corona dengan varian baru ini tidak semakin luas penyebarannya. Jubir tim Satgas COVID-19, Wiku Adisasmito, mengatakan bahwa saat ini petugas di pintu kedatangan dan semua unsur yang terkait dengan hal ini bersama satgas COVID-19 akan terus melakukan monitoring. Pemerintah juga akan terus adaptif terhadap kebijakan pelaku perjalanan internasional, bahkan bisa melakukan perubahan kebijakan jika diperlukan, sesuai dengan perkembangan situasi dan kondisi.
Belum lama ini, Indonesia mengalami perkembangan yang baik sehubungan dengan menurunnya daerah yang tergolong ke dalam zona merah. Berdasar data satgas penanganan COVID-19 per 27 Desember 2020, terdapat 76 kabupaten dan kota yang menjadi zona merah, 49 kabupaten dan kota dalam zona kuning, 377 kabupaten dan kota dalam zona orange, dan 8 masuk dalam zona hijau. Pada 21 Februari 2021, daerah yang tergolong dalam zona merah menurun menjadi 16 daerah. Namun fakta sekarang, virus corona B.1.1.7 sudah masuk ke Indonesia.
Ini bukan hanya menjadi tantangan bagi kementerian kesehatan, pemerintah, dan pihak-pihak terkait, melainkan menjadi tantangan bagi kita semua, bangsa Indonesia. Sangat penting adanya kolaborasi yang erat dan efektif antara masyarakat, pemerintah, kementerian kesehatan, dan kemenristek/BRIN supaya dapat menemukan solusi atau penanganan yang jelas, dan dapat terealisasi di masyarakat dengan tepat. Perlu kerja sama dari semua pihak untuk menolong Indonesia menghadapi pandemi ini. Meskipun tahun ini Indonesia sudah memulai vaksinasi, kita tetap harus taat melakukan protokol kesehatan karena ini menjadi cara pertama untuk mencegah penyebaran virus corona.
Sejak dimulainya vaksinasi massal pada 13 Januari 2021 lalu, sudah lebih dari 3,02 juta dosis vaksin COVID-19 disuntikkan. Indonesia menjadi negara di urutan ke-18 secara global dalam hal ini. Indonesia menjadi salah satu negara tercepat yang memulai uji klinis vaksin COVID-19 dan melakukan vaksinasi massal (menurut Our World in Data dan media Amerika Serikat CNN). Memang kondisi sekarang tidak mudah bagi kita semua. Vaksinasi dan mutasi virus corona seperti dua bagian yang berkembang berdampingan dan paralel. Benar-benar menjadi PR mendalam bagi Indonesia untuk bisa lepas dari tantangan pandemi kali ini.