Nama Ibu Iriana Joko Widodo sebagai ibu negara tentu akan selalu dikenang. Dari Ibu Iriana, bangsa Indonesia mendapat keteladanan tentang sosok perempuan sebagai ibu sekaligus istri yang soleh dan setia, mengutamakan keluarga, sederhana, dan tidak menonjolkan diri. Namun dibalik kelembutannya, Ibu Iriana terbiasa mandiri. Tetap belanja sendiri ke pasar tradisional meski telah menjadi ibu negara. Selalu bepergian dengan sedikit pengawalan. Dan yang paling mengharukan adalah keberanian Ibu Iriana mendampingi Pak Jokowi ke Ukraina yang dirundung perang.
Kini lahir lagi sosok baru yang mulai menarik perhatian publik. Selepas pendeklarasian Ganjar Pranowo sebagai bakal capres dari PDIP, nama perempuan cantik Hj. Siti Atikoh Suprianti menjadi pembicaraan yang viral di Indonesia. Sebagai istri Ganjar Pranowo, Atikoh lahir di Purbalingga pada 25 November 1971. Pernah berkarir sebagai wartawan, Atikoh ternyata punya latar belakang pendidikan yang mengagumkan. Gelar sarjana ditempuhnya di Universitas Gadjah Mada (UGM). Sementara pendidikan pasca sarjananya ditempuh di Universitas yang nggak kaleng-kaleng, Universitas Tokyo! Di sana Atikoh mengambil program studi Public Policy.
Latar belakang pendidikannya yang keren itu membuat Atikoh bukan saja luwes sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Jawa Tengah, tetapi juga penuh inovasi dalam mewujudkan banyak kegiatan pemberdayaan masyarakat dan sejumlah aktivitas sosial kemasyarakatan lainnya. Ia pun penggiat bagi kegiatan untuk memajukan pendidikan sebagai kunci agar perempuan makin berdaya. Dalam Peringatan Hari Kartini Tahun 2021, gerakan tersebut dicanangkan sekaligus memfungsikan peran Ibu membangun keluarga dalam mewujudkan sumber daya manusia berkualitas. Tentu saja Atikoh tak hanya berbicara, Ia memberi contoh bagi kita semua dengan rumah tangganya bersama Ganjar Pranowo yang harmonis dan adem ayem.
Pencegahan stunting juga menjadi fokus dan prioritas Atikoh. Pidatonya pada pelantikan Pejabat Ketua PPK Kabupaten Brebes pada 13 Desember 2022, menegaskan, “Kita Prioritaskan untuk pencegahan stunting ya. Bagaimana kita bisa mengedukasi masyarakat untuk menunda pernikahan anak dan dari sisi SDM bagaimana kita menyiapkan SDM yang berkualitas.” Tak cukup di situ, Atikoh bahkan menggerakkan kader untuk mendeteksi remaja anemia, karena kelak berpotensi melahirkan bayi stunting.
Menggerakkan monitoring angka kematian ibu saat melahirkan, serta edukasi peran pendidikan moral dan karakter untuk perempuan dalam pencegahan korupsi menjadi salah satu karya Atikoh lainnya. Atikoh juga menjabat sebagai Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Tengah, sekaligus aktif dalam kepramukaan sebagai Ketua Kwartir Daerah (Kwarda) Pramuka.
Yang tak banyak orang tahu, ternyata Atikoh punya darah biru santri NU. Kakeknya pemilik pondok pesantren besar. Atikoh adalah cucu dari KH Hisyam A Karim pendiri Pondok Pesantren PP Riyadus Sholikhin Kalijaran, Karanganyar, Purbalingga. KH Hisyam A Karim adalah ulama besar Nahdlatul Ulama (NU) di Purbalingga. Kyai Hisyam juga dikenal sebagai Rais Syuriah PCNU Purbalingga pada tahun 1973-1983.
Darah biru NU ini menjelaskan kemoderatan keluarga Ganjar Pranowo dalam beragama. Atikoh adalah contoh terbaik muslimah yang berpikiran maju, berpendidikan tinggi sekaligus menghapus gambaran negatif perempuan yang hanya berkutat di lingkungan rumahnya karena alasan-alasan agama. Ternyata agama tak pernah mendiskriminasi perempuan sebagaimana yang dipersepsikan oleh mereka-mereka yang berpikiran radikal.
Bukan hanya Atikoh yang berlatar belakang NU dan moderat, suaminya Ganjar Pranowo pun punya kedekatan khusus dengan ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut. Upacara apel peringatan Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Temanggung pada Januari 2023 menunjukkan kedekatan itu. Ganjar Pranowo menjadi magnet yang membuat 15 ribu nahdliyin tumplek blek di Alun-alun Kota Tembakau tersebut. Hebatnya lagi, Ganjar secara elegan menunjukkan identitasnya sebagai muslim Nusantara. Ia tampil mengenakan baju lurik dan berkopiah hitam.
Dalam resepsi puncak Satu Abad NU di GOR Delta Sidoarjo, Jawa Timur pada 7 Februari 2023, Ganjar pun hadir. Ganjar pun berperan aktif dalam diskusi-diskusi untuk mendorong NU memasuki era kekinian, karena NU memiliki banyak jejaring pendidikan, misalnya madrasah maupun pondok pesantren sehingga berperan besar dalam mencerdaskan Bangsa Indonesia.
Yang tak diduga lagi, Atikoh ternyata pernah menjadi PNS di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sejak tahun 1999. Atikoh pernah cuti di luar tanggungan negara selama tiga tahun lebih saat Ganjar menjadi Gubernur Jateng. Ini menepis kabar yang beredar bahwa Atikoh dituding menjadi PNS siluman karena terlihat selalu mendampingi suaminya dalam tugas-tugas selaku Gubernur Jateng. Atikoh juga “merahasiakan” posisinya sebagai PNS dari Presiden Jokowi, teman dekat Ganjar sekaligus Gubernur DKI saat itu.
“Dulu ketika ketika Pak Jokowi jadi gubernur, Pak Jokowi sama sekali tidak tahu saya bawahannya karena saya menjaga profesionalisme, walaupun sama Mas Ganjar sudah sangat kenal,” kata dia. Saat Ahok menjadi Gubernur DKI, Atikoh mengambil pensiun dini dan berpamitan ke Ahok. “Saya sudah memenuhi syarat untuk ambil pensiun dini. Apakah mau mengambil pensiun dini, atau lanjut, bulan ini saya putuskan, dan itu harus dilaporkan dulu,” tambah dia.
Hal lain yang tak terduga dari Atikoh, ternyata ia gemar berolahraga, sekaligus pelari marathon yang tangguh. Atikoh sempat membagikan potretnya di medsos ketika berhasil membawa pulang medali. Dalam captionnya Atikoh menulis, “I am a marathoner now. Akhirnya kesampaian mengikuti race lari dengan jarak 42,195 Km. Di usia yang sudah tidak muda lagi tentu memerlukan perjuangan, konsistensi dan support system yang mendukung. Terima kasih ayah @ganjar_pranowo selalu mendukung hobi bunda,” tulis Siti Atikoh.
Bila kelak Atikoh menjadi ibu negara, maka sempurnalah profilnya. Ia relijius, bahkan keturunan ulama Besar. Ia juga sangat well educated, dengan karir luar biasa dan kemampuan dalam kebijakan publik serta kegiatan kemasyarakatan. Dan yang sangat seru, ia cantik, berpenampilan chic sekaligus sangat menjaga kebugaran tubuh. Bukankah ini kombinasi yang luar biasa antara modernitas sekaligus nilai-nilai tradisional Nusantara?
Fatimah Wardoyo