Siapa pun Capresnya, Cawapres Pasti NU

Image: img.okezone.com

Membahas Pemilu 2024 selalu akan hangat. Meski masih dua tahun mendatang, tetapi gebrakannya tak pernah padam. Selalu saja ada isu menarik untuk dikupas dan diselisik lebih mendalam. Mulai dari tokoh-tokoh yang akan diusung untuk maju capres hingga wacana penundaan Pemilu 2024 yang akhir-akhir ini didengungkan. Meski beberapa partai koalisi sepakat untuk menunda pelaksanaan Pemilu, tetapi ternyata banyak juga yang tidak menyetujuinya. Berdasar hasil Lembaga Survei Indonesia (LSI), kebanyakan warga menolak penundaan Pemilu 2024, termasuk perpanjangan masa jabatan presiden karena alasan pandemi, pemulihan ekonomi akibat pandemi, ataupun pembangunan Ibu Kota Negara baru.

Terlepas dari wacana penundaan Pemilu 2024, isu menarik terkait cawapres pun mulai naik. Beberapa tokoh politikus dengan kredibiltasnya masing-masing mulai membidik posisi cawapres berikutnya. Tentu ini sangat penting karena calon-calon presiden membutuhkan pendamping yang bisa menaikkan elektabilitas mereka. Itu artinya cawapres ikut menentukan! Tak heran manuver capres, cawapres pun makin giat, termasuk calon-calon dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).

NU merupakan organisasi massa Islam terbesar di Indonesia, yang memiliki banyak ulama dan melahirkan para cendekiawan yang memiliki daya saing nasional maupun internasional. Di Indonesia sendiri, NU telah melahirkan beberapa wakil rakyat yang berprestasi, seperti Ma’ruf Amin, Jusuf Kalla, sampai Abdurrahman Wahid atau Gus Dur. Apakah Pemilu 2024 akan mengusung cawapres dari NU juga? Bisa jadi iya. Lantas, siapa sajakah mereka yang membidik posisi capres maupun cawapres pada Pemilu 2024 nanti?

Seorang politisi senior di DPR, Muhaimin Iskandar atau biasa disapa Gus Imin, menyatakan siap menjadi capres pada Pemilu 2024 mendatang. Pada Pemilu sebelumnya, ia sempat membidik sebagai cawapres, tetapi posisi tersebut belum berpihak padanya. Sebagai salah satu keturunan dari pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Bisri Syamsuri, Gus Imin bertekad akan memperjuangkan demokrasi. Karier politiknya dimulai saat dia ikut mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) bersama para senior NU. Gus Imin juga mendapat kepercayaan untuk menduduki posisi penting sebagai sekjen PKB. Prestasinya makin menanjak ketika ia menjadi anggota DPR dan terpilih menjadi ketua fraksi.

Tak hanya itu, Gus Imin juga pernah berkarya dalam Dewan Tanfidziah PKB periode 2002 – 2007. Disusul dengan jabatannya sebagai Wakil Ketua DPR Koordinator bidang Perindustrian Perdagangan dan Pembangunan. Dan, sejak 22 Oktober 2009, Gus Imin dipercaya untuk menjabat sebagai Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Menakertrans). Kancah politik yang ditekuninya dengan baik dan senioritas dirinya di DPR membuatnya terpilih untuk kedua kalinya, dari DPR periode 1999 – 2004 hingga periode 2004 – 2009. Tak kenal lelah, inilah Gus Imin yang akan terus berjuang supaya DPR terus menjadi motor pembaruan dari sistem ketatanegaraan.

Selain Gus Imin, ada juga Mohammad Mahfud Mahmodin atau yang biasa disapa Mahfud MD, seorang politisi dan akademisi di bidang ilmu hukum. Beberapa posisi penting dan strategis dalam pemerintahan pernah dilakoninya. Mulai dari menjabat sebagai Staf Ahli Menteri Negara Urusan HAM, Deputi Menteri Negara Urusan HAM, DPR RI periode 2004-2008, Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia, Menteri Pertahanan pada Kabinet Persatuan Nasional, Menteri Kehakiman dan HAM, hingga Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan dalam Kabinet Indonesia Maju untuk periode 2019-2024.

Sebagai kader NU, kiprah Mahfud memang tak diragukan lagi. Mahfud diakui menjadi salah satu pakar hukum tata negara yag mumpuni. Ia menjabat tiga lembaga negara berbeda secara berurutan: lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ketika tokoh-tokoh dari kalangan NU bermunculan, dengan kredibilitas mereka yang tidak diragukan, arena Pemilu 2024 akan semakin seru. Lantas, apakah hanya mereka berdua, cawapres dari NU?  

Ternyata tidak! Gus Yaqut atau Yaqut Cholil Qoumas, seorang politikus yang sempat beberapa kali menuai protes, berpeluang untuk masuk dalam bursa cawapres mendatang. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Agama di Kabinet Indonesia Maju sejak 23 Desember 2020. Selain itu, dia merupakan Ketum GP Anshor, organisasi sayap Nahdlatul Ulama, untuk periode 2015 – 2020. Menjadi Ketum GP Anshor tidaklah mudah. Gus Yaqut pernah dituduh punya relasi dengan FPI. Sampai-sampai ia dianggap sebagai tokoh utama dalam insiden pembakaran bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Ternyata melalui jabatannya sebagai Ketua Umum GP Anshor inilah yang menjadi titik awal Gus Yaqut berkiprah dalam tataran nasional.

Sebagai politikus yang lahir di Rembang dan besar di keluarga kiai Nahdlatul Ulama (NU), Gus Yaqut membangun karier di kotanya. Ia pernah berkiprah sebagai Wakil Bupati Rembang periode 2005 – 2010 melalui PKB. Jabatan sebagai Ketua DPC PKB Bandung dan PMII Depok pun juga pernah disandangnya. Dari sederet peran-peran penting yang pernah dijalaninya, jabatan sebagai Ketum GP Anshorlah yang paling membekas bagi masyarakat. Perjalanan kariernya terus bergulir, hingga ia dilantik menjadi anggota DPR periode 2014 – 2019 dari PKB, dan kembali menjadi anggota DPR untuk periode 2019 – 2024. Sebagai seorang yang cinta Tanah Air dan Pancasila, baginya, penerapan ideologi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari harus terus ditegakkan demi persatuan Indonesia. Akankah Gus Yaqut maju ke pemilu 2024? Dan mungkinkah namanya akan masuk dalam daftar cawapres?

Selain Muhaimin Iskandar, Mahfud MD, dan Gus Yaqut, siapa lagi kira-kira tokoh andalan dari NU yang akan berkompetisi dalam membidik cawapres? Khofifah Indar Parawansa, atau yang biasa dikenal dengan panggilan Khofifah. Seorang aktivis perempuan dari NU ini pernah menjadi menteri sebanyak dua kali dengan presiden yang berbeda. Karier politiknya dirintis saat dia berusia 27 tahun, dengan menjadi anggota DPR RI dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada 1992 – 1997. Perempuan kelahiran Surabaya ini pernah terpilih kembali menjadi anggota DPR, termasuk menjalankan perannya sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan pada masa kabinet Persatuan Indonesia.

Keaktifannya sebagai pemimpin di organisasi Muslimat, organisasi sayap perempuan NU, membuat kiprahnya dalam kemasyarakatan makin terasa. Jejak kariernya ternyata pernah mencatat pencalonan dirinya pada pemilihan gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2013, tetapi belum berhasil. Ia juga diminta menjadi salah satu juru bicara politik pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla pada Pilpres 2014, dan kali ini berakhir dengan kemenangan Jokowi. Sejak itu, Khofifah diminta untuk menjadi menteri sosial pada kabinet Kerja 2014 – 2019.

Bagaimana menurut Anda? Siapakah yang layak untuk maju sebagai cawapres pemilu 2024? Di antara mereka, adakah tokoh lain yang mungkin juga mulai melirik kesempatan ini? Bergulirnya nama tokoh-tokoh politik yang diduga akan maju sebagai cawapres makin hari makin mencuat. Tak terkecuali nama Erick Thohir, menteri BUMN, seorang pengusaha sekaligus filantropis Indonesia yang memiliki banyak terobosan dalam kerjanya. Tak diragukan lagi prestasi Erick Thohir dalam kancah politik. Namun, dengan segala prestasi dan kemampuan yang dimilikinya, akankah Erick Thohir menjadi salah satu calon wakil presiden pada Pemilu 2024 mendatang?

Siapa tokoh andalan Anda? Siapa yang nantinya akan menempati kursi presiden dan wakil presiden selanjutnya? Siapa pun presidennya, bisa jadi wakilnya dari kalangan NU. Memang seolah seperti mengulang sejarah, tetapi mungkin tidak mengulang keadaan dan tetap berfokus pada masa depan. Selamat berkompetisi dengan sehat! Selamat berkiprah dengan amanat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *