“Idea Hunter” di Kancah Informasi

Kemajuan teknologi dan kemudahan dalam mengakses informasi menjadi surga bagi para pembaca dan pencari berita. Kemudahan ini tidak hanya “mendongkrak” wawasan, tetapi juga menciptakan kritikan. Tidak jarang juga kadang malah memberi ruang gelak tawa yang spontan.

Mulai dari berita yang dapat mengerutkan dahi pembacanya sampai berita yang hanya cukup dinilai dengan memincingkan mata, semuanya itu disodorkan kepada kita dalam berbagai jalurnya. Apalagi media sosial yang menjadi jalur terkemuka dalam menyebarkan berita, bak pasar .. di sanalah kita temukan beragam “jajanan” yang mengenyangkan atau sekadar untuk mengganjal.

Melubernya berita sangat memanjakan pembaca, apalagi penikmat berita. Namun, perlu juga mencoba menjadi “idea hunter” di tengah-tengah riuhnya informasi. Dari setiap berita yang kita baca atau serbuan informasi yang terpampang di halaman media sosial kita, bisa digali bagian-bagian yang menarik yang berpotensi memunculkan pengembangan dan ide-ide baru dari satu topik yang sedang dibicarakan; untuk dibahas, ditelusuri, atau diselidiki.

Dalam bukunya “The Idea Hunter” karya Andy Boynton dan Bill Fischer, pemburu ide tertarik pada lebih dari satu tema atau bahkan sejumlah tema. Tidak jadi masalah jika pembaca menaruh minat pada beberapa ranah pengetahuan. Justru itulah yang memperkaya otak kita dengan berbagai kosakata dan konteksnya sehingga “dot dot” dalam otak kita akan semakin banyak dan kelak mempermudah dalam mengintegrasikan satu informasi ke informasi lainnya yang relevan.

Pemburu ide bisa mencari ide dari orang lain atau apa yang dibacanya. Namun, penting juga bagi pemburu ide untuk meminjam moto Apple “Berpikirlah berbeda”. Berpikir di luar batas otak kita karena sebagian besar dari ide biasanya berada di tempat lain. Membaca berita penting, tetapi jangan puas dengan satu berita. Membaca banyak berita sangat baik bagi kesehatan wawasan kita supaya tidak mandeg. Kalau wawasan sudah mandeg, “pokoknya yang betul begini”, “pokoknya ini, tidak bisa yang lain,” ya sudah. Tamatlah kreativitas dan kekritisan kita.

Tidak satu orang pun dapat menyembunyikan ide-ide penting. Bahkan, dalam berita-berita yang terkesan ringan dan intinya bisa ditangkap dalam sekali duduk, itupun terdapat ide penting menurut taraf penulisnya. Sebagai contoh Yahya Wahloni, ia mengaku dengan sengaja dirinya menabrak seekor anjing dengan diikuti dalilnya karena najis, itupun ada satu ide penting yang kemungkinan bisa mendiskreditkan satu pihak yang berseberangan dengannya. Kita sebagai pembaca, mari melompat keluar batas otak kita. Bisa jadi Yahya Wahloni memiliki luka batin dengan masa lalunya dan belum terobati sehingga berefek pada caranya berpikir dan bersikap. Tidak hanya berefek pada manusia, tetapi juga terhadap binatang yang tak tahu apa-apa. Kita bisa saja tertawa membacanya, tetapi sebenarnya keprihatinan besar ada di balik itu semua. Mau sampai kapan sistem-sistem nilai yang dia pegang akan dipertahankan? Ini sekadar memburu ide dari beberapa bagian yang bisa dilihat dari sebuah berita tentang Yahya.

Atau dari Marzuki Alie, Eks Sekjen Partai Demokrat (PD), yang menceritakan bahwa Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengatakan tentang Megawati Soekarnoputri yang pernah kecolongan dua kali terkait Pilpres. Meskipun cerita Megawati kecolongan merupakan cerita lama, tetapi karena Marzuki Alie yang menyatakannya, maka isu ini menjadi panas lagi. Alih-alih bersikap ramah saat bercengkerama, toh akhirnya Megawati merasa sakit hati juga karenanya. Sekadar mengambil ide yang mencuat dengan tiba-tiba ketika membaca berita ini: dalam arena politik pun, kegalauan rasa tetap jadi bahan pertimbangan. Seringnya yang terlintas secara umum di otak ini adalah dalam dunia politik, perasaan ada di urutan kesekian, mungkin akan semakin turun ke bawah hingga susah untuk dinaikkan.

Menjadi seorang pemburu ide di tengah kancah informasi yang bergerak cepat memang kita harus berani berpikir berbeda. Berburu menjadi metafora yang tepat untuk hal ini. Ide ada di mana saja. Kita harus terbiasa bagaimana mencarinya dan bagaimana menangkapnya. Buat apa? Demi menjaga kesehatan dan produktivitas otak kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *