Setelah punya rumah, apa cita-citamu?
Kecil saja: ingin sampai rumah
saat senja supaya saya dan senja sempat
minum teh bersama di depan jendela.
Ah, cita-cita. Makin hari kesibukan
makin bertumpuk, uang makin banyak
maunya, jalanan macet, akhirnya
pulang terlambat. Seperti turis lokal saja,
singgah menginap di rumah sendiri
buat sekedar melepas penat.
….
Sepenggal puisi di atas membangkitkan (lagi dan lagi) rasa rindu para pecinta sastra akan sang maestro puisi Indonesia, Joko Pinurbo. Yah, puisi bertajuk Cita-cita ini maknanya tak akan pernah lekang oleh waktu dan terus mengena dalam hidup banyak orang. Ini hanya salah satu cuplikan puisinya, masih banyak puisi lainnya yang begitu populer dan digemari para pecinta sastra, bahkan kaum awam.
Memang, belum lama ini dunia sastra Indonesia berduka, tepatnya pada 27 April 2024, Joko Pinurbo meninggal. Di usianya ke-61 tahun, Joko Pinurbo, yang biasa dipanggil Jokpin, menyelesaikan cerita hidupnya dengan mewariskan karya-karya yang sarat makna.
Sejak bersekolah, Jokpin sudah menerjunkan dirinya dalam dunia puisi. Bukan kaleng-kaleng, Jokpin serius belajar menulis dari penulis-penulis terkenal di Indonesia, seperti Sapardi Djoko Damono dan Romo Y.B. Mangunwijaya. Dunia puisi ini akhirnya terus mengantarkannya untuk menempuh studi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Sanata Dharma Yogyakarta.
Sebagai salah satu penyair terkemuka Indonesia, Jokpin telah mewarnai dunia sastra dengan puisinya yang unik dan penuh makna. Semasa hidupnya, Jokpin telah menghasilkan banyak karya puisi yang telah diakui secara luas. Beberapa puisinya yang terkenal, antara lain: Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung, Telepon Genggam, Kekasihku, Pacar Senja, Kepada Cium, Tahilalat, dan Epigram 60. Masih banyak karya Jokpin lainnya yang bisa menggugah emosimu karena maknanya yang mendalam. Karya-karyanya pun telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, seperti Inggris, Jerman, Rusia, dan Mandarin. Selain menulis puisi, Jokpin juga aktif dalam berbagai kegiatan sastra, seperti festival dan pertemuan puisi.
Para pecinta sastra Indonesia patut berbangga karena Indonesia memiliki banyak sastrawan terbaik yang membuat Indonesia makin kaya dalam sastra dan budaya. Keunikan setiap puisi yang mereka tulis memberi nilai tinggi bagi kualitas intelektual, estetika, sampai semiotika dalam menghasilkan seni puisi dan makna di dalamnya. Keunikan puisi Joko Pinurbo pun patut dikenang dan menjadi warisan sastra Indonesia yang tak terlupakan. Lagi-lagi, ciri khas karyanya selalu terpatri dalam benak pembacanya.
Gaya bahasa yang sederhana dan penuh makna sehingga mudah dipahami. Ia tidak terjebak dalam penggunaan bahasa yang rumit dan berbelit-belit. Di balik kesederhanaan bahasanya, puisi Jokpin mengandung makna yang dalam dan filosofis. Ia mampu mengolah kata-kata biasa menjadi kalimat yang penuh makna dan mampu membangkitkan berbagai interpretasi.
Permainan kata dan humor yang cerdas. Jokpin pandai menggabungkan kata-kata dengan cara yang tidak terduga sehingga menghasilkan efek humor yang segar dan menghibur. Humor yang tertuang dalam puisinya tidak hanya bertujuan untuk menghibur, tetapi juga untuk menyampaikan kritik sosial atau pesan moral.
Tema yang beragam dan relatable. Berbagai tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti cinta, persahabatan, keluarga, sosial, dan politik, diangkat dalam puisinya dengan cara penyampaian yang menawan. Kemampuannya dalam mengangkat tema yang relatable membuat puisinya mudah dipahami dan dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat.
Penyair yang lahir pada 11 Mei 1962 di Sukabumi ini selalu menghasilkan karya yang unik dan orisinal. Karena itu, tak mengherankan jika banyak penghargaan diterimanya, mulai dari Penghargaan Buku Puisi Dewan Kesenian Jakarta (2001), Sih Award (2001), Hadiah Sastra Lontar (2001), Tokoh Sastra Pilihan Tempo (2001, 2012), Penghargaan Sastra Badan Bahasa (2002, 2014), Kusala Sastra Khatulistiwa (2005, 2015), sampai South East Asian (SEA) Write Award (2014).
Joko Pinurbo telah meninggalkan warisan yang tidak ternilai harganya bagi dunia sastra Indonesia. Puisinya telah menginspirasi banyak orang dan memperkaya khazanah sastra Indonesia.