Solo Berubah di Tangan Gibran: Elegan, Bersahaja, Berbudaya

Kota Solo tak lagi sama. Kota ini kini menjadi lebih hidup, elegan dan bersahabat. Terobosan baru banyak dilakukan di Kota Solo semenjak dipimpin Walikota Gibran Rakabuming Raka. Kemajuan demi kemajuan makin terlihat dalam banyak sisi, baik tata kota maupun budaya.

Mulai dari infrastruktur, kalangan UMKM hingga masyarakat seni, dirangkul untuk bisa menjadi lebih baik, elegan, dan memberi nilai lebih bagi kota ini. Hasilnya, tingkat kenyamanan Kota Solo melambung tinggi. Masyarakatnya pun makin percaya diri tinggal di kota yang terus berinovasi.

Siapa tak mengenal “Solo Safari”? Kawasan wisata edukasi satwa seluas 13,9 hektare ini mampu memesona banyak orang untuk mengunjungi. Berjubel mobil aneka plat selalu memadati area sekitar Solo Safari. Beraneka binatang menjadi daya tarik utama, plus keasrian tempatnya yang membuat pengunjung betah di sana.

Warga Solo juga dimanjakan dengan tata kota yang rapi, bersih, berbudaya, dan bernilai seni. Betapa menyenangkan ketika kaki-kaki kita melangkah di sepanjang ruas jalan Gatot Subroto. Deretan mural yang estetik diterangi lampu-lampu kecil di setiap kanopi menawarkan kemewahan hidup namun tetap terselip kebersahajaan. Mural-mural ini menjadi semakin hidup kala dipadukan dengan street perfomance, baca puisi di panggung pujangga, yang digelar tiap dua pekan sekali. Nikmati sensasinya yang sarat akan khazanah budaya.

Tak hanya itu. Night market Ngarsopuro juga makin cantik dengan beragam kegiatan dan ikon-ikon unik yang tersaji di sana. Keramaiannya pun bersahabat hingga membuat warga Solo nyaman bercengkerama di tepian jalannya. Uniknya, penjual di night market ini harus ber-KTP Solo dan barang-barang yang dijual pun harus berkarakter Solo. Kita akan disuguhi beragam produk, termasuk makanan dan cendera mata, khas Solo. Asyik, ‘kan?

Tak afdol rasanya jika tak menyambangi Masjid Raya Syeikh Zayed yang telah selesai dibangun belum lama ini. Salah satu ikon kota Solo ini menjadi destinasi wisata religi yang diminati oleh masyarakat muslim dari berbagai daerah di Indonesia. Masjid ini merupakan hadiah dari Persatuan Emirat Arab (PEA) kepada Indonesia. Bangunannya pun mencontoh atau replika dari Sheikh Zayed Grand Mosque di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Setiap hari, masjid ini ramai dengan pengunjung, dan keramaian ini memberi kesempatan bagi warga sekitar untuk berwiraswasta, baik berjualan maupun menolong pengunjung untuk menikmati wisata religinya dengan nyaman.

Beranjak dari Masjid Raya Syekh Zayed, kita pun bisa melirik di sana-sini beberapa titik prioritas revitalisasi pembangunan yang diinisiasi oleh Gibran. Pembangunan-pembangunan ini mampu menaikkan Kota Solo menjadi kota yang berkembang, modern, dan tetap berbudaya. Mulai dari Elevated Rail Simpang Tujuh Joglo sampai revitalisasi Gor Indoor Manahan, Taman Balekambang, Jembatan Jurug Solo, Techno Park, Pasar mebel Ngemplak, Shelter Manahan, Pasar Jongke, Musium Culture and Technology, Putri Cempo, dan Penataan Kawasan Kumuh Semanggi-Mojo.

Tak ketinggalan pula Taman Pracima atau Pracima Tuin yang berada di Kompleks Pura Mangkunegara, Solo. Bangunan sejarah budaya ini diresmikan oleh Menteri BUMN, Erick Thohir, pada 21 Januari 2023, dengan dihadiri sejumlah tokoh. Revitalisasti Taman Pracima ini wujud dari rasa mencintai kekayaan budaya lokal, yang berjalan beriringan untuk memperkuat semangat cinta sejarah bangsa. Wah, paket komplet bukan? Budaya lokal makin dicintai, sejarah bangsa makin diminati. Tentu ini menjadi awal gerakan yang bagus juga untuk mengedukasi generasi muda masa kini untuk melihat nilai-nilai estetik dan luhur yang telah dimiliki bangsa ini sejak lama dan patut untuk terus dilestarikan.

Lompatan kemajuan Kota Solo di bawah kepemimpinan Gibran makin terlihat hasilnya. Tak hanya mempercantik kota, tetapi juga memberi ruang berekspresi yang luas. Julukan “Solo berseri” kini tak lagi sendiri karena beragam sebutan lainnya bagi Kota Solo makin bervariasi: Kota Batik, Kota Budaya, Kota Liwet, sampai Kota Konser yang belum lama ini digagas oleh Gibran. Realisasi Kota Konser ini menghadirkan grup musik atau grup band yang “dekat” dengan anak-anak muda. Tak hanya grup musik Indonesia seperti Dewa 19, tetapi grup dari luar negeri pun dirangkulnya seperti Dream Theater, dan kelak akan ada grup K-Pop juga yang menyambangi kota Solo tercinta ini. Pastinya, Solo akan banyak event menarik yang mampu mengangkat kota ini serta membawa warganya menikmati beragam pertunjukan yang berseni dan menginspirasi.

Hampir semua sektor merasakan dampak positif dari adanya berbagai event ini. Bahkan, kemajuan yang signifikan ini mampu menggerakkan ekonomi rakyat dan memperkuat kunjungan wisata nusantara. Akankah Solo sebagai Kota Konser menjadi inovasi Gibran yang terakhir? Tentu tidak. Gibran juga ingin menjadikan Solo sebagai Kota Rekaman, menyusul adanya revitalisasi studio musik pertama di Indonesia “Lokananta”. Wow, tak pelak lagi, selalu ada terobosan baru yang dicanangkan Gibran dalam menjadikan Kota Solo maju dan berbudaya. Ya, Solo berubah. Tepatnya, Solo melompat!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *