Lebaran nggak asyik tanpa mudik. Lebaran kurang lengkap tanpa bertemu tatap. Itulah kesan yang tertinggal dalam hati bagi hampir kebanyakan orang ketika merayakan Lebaran. Sudah menjadi tradisi atau kebiasaan bahwa ketika Lebaran orang-orangnya akan pulang ke kampung halaman. Pasti ada nuansa yang berbeda ketika merayakannya bersama keluarga. Namun, apa mau dikata, sejak tahun lalu tradisi ini diusik oleh virus corona. Virus ini sudah menjadi bintang, menjadi perhatian dunia.
Di tengah kondisi pandemi yang belum menunjukkan tanda-tanda makin membaik, akankah kita akan mudik? Melalui Satgas COVID-19, pemerintah sudah memperketat segala aturan perjalanan jarak jauh. Aturan ini berlaku mulai 22 April – 5 Mei 2021 dan 18 – 24 Mei 2021. Aturan perjalanan terbaru ini dikeluarkan oleh satgas COVID-19 berdasarkan hasil kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhub mengenai Survei Pasca Penetapan Peniadaan Mudik Selama Lebaran 2021. Dengan survei tersebut, masih ada masyarakat yang ingin mudik pada rentang waktu H-7 dan H+7 pemberlakuan larangan mudik Lebaran 2021. Aturan perjalanan terbaru tertuang dalam Addendum Surat Edaran Satgas COVID-19 Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri dan Upaya Pengendalian COVID-19 Selama Ramadan. Namun, untuk pengemudi kendaraan dan mobil pribadi pada periode larangan mudik Lebaran 6 – 17 Mei 2021, akan tetap diberlakukan sesuai aturan lama.
Sangat masuk akal jika pemerintah menetapkan larangan mudik kepada masyarakat. Demi kebaikan bersama, terutama supaya tidak memperluas penyebaran virus corona. Tidak dimungkiri bahwa Lebaran menjadi salah satu momen berharga untuk berkumpul bersama keluarga dan bisa menikmatinya. Namun, inilah faktanya: corona masih mengincar kita, pandemi belum sirna, bahkan boleh dibilang kita harus belajar dari perkembangan kondisi sekarang untuk menolong kita membuat keputusan yang benar. Berkaca dari negara India yang kini menjadi negara kedua tertinggi kasus corona di dunia setelah mengadakan ritual kumbh mela di Sungai Gangga. Meski pemerintah dan jajarannya sudah menerapkan protokol kesehatan dalam acara tersebut, tetap saja tidak mendapatkan perhatian yang penuh oleh masyarakatnya dan juga karena banyaknya orang yang mengikuti ritual tersebut. Alhasil, kini India menuai tsunami corona. Setiap hari, tingkat kematian akibat virus corona di India cenderung naik, bahkan sempat mencapai rekor 3.645 kematian dalam sehari.
Tak ingin menjadi seperti India atau negara-negara lainnya yang memiliki tingkat kasus corona tertinggi di dunia, tetapi faktanya di Indonesia pun sedang berjuang juga untuk melawan kasus yang sama. Dari banyak pihak, kita sebenarnya sama-sama sedang bekerja sama untuk bisa melewati masa sulit ini, bahkan boleh dikatakan bisa bertahan pada masa pandemi ini dengan tidak ada penambahan kasus, itu sudah bagus.
Ingin mudik? Mari kita pertimbangkan ulang. Perlu bijak dan sikap arif untuk menyikapi kondisi ini, apalagi jika sudah berbenturan dengan hasrat hati yang ingin menemui ayah, ibu, anak, istri. Untuk menyiasati bagaimana menikmati Lebaran dengan nyaman dan aman, kita perlu pemikiran yang segar. Jika masih bisa dijembatani dengan memanfaatkan teknologi yang ada, bisa manfaatkan itu sebaik-baiknya. Relasi tidak afdol jika tidak bertemu langsung, iya. Namun, esensi dari sebuah relasi adalah komunikasi. Dengan kondisi seperti sekarang ini, bisa jadi relasi kita akan benar-benar teruji apakah itu sebuah relasi atau tidak dengan menjembataninya dari hati ke hati. Bukan dengan jarak fisik yang dekat, tetapi tanpa ada komunikasi yang sehat. Manfaatkan video call setiap saat, tidak hanya ketika hari libur Lebaran yang hanya beberapa saat. Membangun komunikasi yang intens dengan beragam cara kreatif melalui smartphone kita, itu pun akan membuat relasi makin sehat. Angan-angan mudik selalu menawarkan suasana dan nuansa kampung halaman, memang itu menyenangkan. Namun, akan jauh lebih menyenangkan jika keluarga kita bisa bertahan dalam keadaan sehat di tengah kasus corona yang makin meningkat. Kita sama-sama sedang mengalami dan berjuang untuk hal yang sama, bisa melewati tahun ini tanpa terkena virus corona, itu pun sudah pencapaian. Masa-masa untuk bisa bertatap muka dengan seluruh anggota keluarga pasti akan tiba, tetapi tidak harus dipaksakan sekarang. Lebaran bisa tetap asyik tanpa mudik! Lebaran tetap bisa dinikmati tanpa harus mudik dan memaksa diri! Menikmati itu muncul dari dalam, bukan dari sesuatu yang dipaksakan.