Jokowi Kasih Kesempatan Capres 2024 Tampil: Ada Ganjar, Andika, Prabowo dan Hadi Cahyanto

Tak pernah ada yang mengira langkah-langkah Jokowi. Sebagaimana orang Jawa (dari masa lalu),  Jokowi terlatih untuk menyembunyikan perasaannya. Tak mudah ditebak, santun dan rendah hati. Tenang, cenderung dingin. Tak mudah terbaca ke arah mana akan melangkah, apa keinginannya. Kita tak pernah tahu apakah Jokowi sedang pusing tujuh keliling atau tertawa ceria. Ini termasuk juga soal pencalonan Andika Perkasa sebagai panglima TNI yang menggegerkan dunia persilatan.

Andi Setiono Mangoenprasodjo dalam tulisan di laman facebooknya menebak Jokowi sedang adu jangkrik dalam pemilihan Panglima TNI yang baru. Menilai semua calon pemimpin potensial sekaligus melihat sepak terjang para sponsor dari para calon jagoannya. Sebenarnya cuma ada dua calon Pangti. Dari jalur normatif, sesuai urut giliran adalah KSAL Yudo Margono. Dari jalur yang tidak normatif, yaitu KSAD Andika Perkasa. Bisa jadi inilah jalur politis. Mengapa? 

Konon ada masalah pembelian alutsista di lingkaran TNI di balik pemilihan ini. Angkatan Darat memang miliki pasukan yang lebih banyak, tetapi bila membahas nilai alutsista, Angkatan laut dan Angkatan Udara memiliki alutsista dengan nilai lebih fantastis. Satu pesawat tempur atau kapal perusak, nilainya bisa jadi puluhan bahkan ratusan kali tank tempur. Perbedaan ini akan membuat keputusan yang diambil sangat tergantung latar belakang Panglima TNI yang menjabat. Tidak mengherankan bila terjadi friksi yang sangat kuat, dengan preferensinya masing-masing:

Pertama kubu Megawati dan PDIP yang cenderung menyukai peralatan tempur, terutama pesawat dari Rusia, sebagaimana Presiden Soekarno di masa lalu. Sayang Rusia termasuk lambat dalam proses alih teknologi, rewel dalam sistem pembayaran dan rawan terkena sanksi AS.

Kedua, kubu Prabowo yang cenderung berselera Eropa, terutama Perancis. Negara ini menjanjikan bebas embargo, alih teknologi dan mereka sedang membutuhkan sekutu baru Pasca terbentuknya AUKUS (Australia, United Kingdom dan United States).  Sayang harga alutsista Prancis relatif mahal, sebagaimana harga adibusana karya desainer negeri itu. Bisa dua kali lipat untuk jenis yang sama. 

Ketiga, kubu mereka yang pro-AS. AS punya kecenderungan menghalangi negara-negara lain untuk bertransaksi dengan negara mana pun, kecuali AS sendiri. Karenanya AS cenderung gemar mengembargo dan juga pelit teknologi. Dalam kelompok yang terakhir inilah, konon, Andika Perkasa berada. Kebanyakan personil AD cenderung menyukai alutsista asal AS karena sering mengikuti aneka pelatihan dan pendidikan militer di sana. Dipilihnya Andika bisa dianggap sebagai sisi pengimbang, mengingat kedekatannya dengan pihak AS. 

Berkaitan dengan suksesi 2024, Andika Perkasa adalah salah satu calon yang disiapkan PDIP. Rumor mengatakan Andika akan berpasangan dengan Puan Maharani. Untuk rumor yang satu ini rasanya masih jauh, sebab konon Puan Maharani sebenarnya hanya pasang badan, tak benar-benar berkeinginan maju sebagai RI 1. Meski kerap dianggap Putri Mahkota, aksi Puan selama ini hanya menjadi tameng agar para calon yang memang belum seharusnya tampil tidak lantas menjadi over confidence.

Bagaimana dengan pasangan Prabowo dan Andika Perkasa, konon ada perjanjian politik untuk memasangkan keduanya kelak. Masih terlalu jauh, Bro… dinamika politik tak pernah mengenal kesepakatan baku dan tak bisa diutak atik atau diingkari.

Andika Perkasa adalah sebuah ‘statement tersamar’ bahwa calon PDIP tak hanya Ganjar Pranowo. GP belakangan diamati banyak pengamat politik agak sedikit one man show. Menyadari adanya calon lain yang juga cukup kuat di PDIP, Ganjar terlihat berusaha mencitrakan dekat dengan Jokowi dan keluarganya. Sebab Presiden RI 2024 diramalkan adalah orang yang direstui Jokowi. Orang pun mulai pasang mata, ke arah mana Jokowi akan mengayunkan dukungannya kelak. Ganjar pun kemudian terlihat bersepeda dengan Gibran Rakabuming Raka.

Menarik untuk ditunggu adalah isu resuffle kabinet yang dihembuskan. Salah satu kementrian yang memiliki nilai raport merah, adalah kementrian yang dikomandani figur dari Partai Gerindra. Dengan pensiunnya Hadi Cahyanto sebagai Panglima TNI, sebagai salah satu figur yang paling paham kemauan Jokowi, Hadi Cahyanto tentu masih sangat bisa diandalkan untuk memegang jabatan Kemenhan dalam masa-masa panas menjelang Pilpres 2024. Demikian pula menjadi capres pada 2024 kelak.

Bila kelak Hadi Cahyanto menggantikan Prabowo Subianto benar-benar terjadi, tentu akan menimbulkan geger politik yang luar biasa.  Konsentrasi politik yang selama ini hanya didasarkan pada hasil-hasil survai dengan tokoh-tokoh yang itu-itu saja, akan berubah sangat dinamis. Banyak yang mengaitkan keberangkatan SBY yang tiba-tiba untuk berobat ke AS karena telah mencium adanya suatu gerakan besar yang akan segera terjadi. 

Inilah yang dikatakan Andi Setiono: Jokowi sengaja ngadu jangkrik! Biar semuanya saling berpolemik. Dalam konteks pembelian alutsista semakin lambat memutuskan, semakin baik. Anggaran negara sedang deficit akibat pandemi. Segalanya harus dipertimbangkan dengan matang. Termasuk menghindari terlibat rivalitas AS, Rusia dan Cina yang absurd

Tetapi adu jangkrik sesungguhnya, lebih mengarah pada Pilpres 2024 yang tampak masih jauh, namun mesinnya sudah mulai dipanaskan sejak jauh hari. Akan dipahami sebagai siapa pun kelak yang menggantikan Jokowi adalah siapa yang mampu melanjutkan jejak dan prestasi yang telah ditinggalkannya. Termasuk sifat asketisme Jokowi yang selama ini menjadi kekuatannya dan dikagumi banyak orang, di dalam maupun luar negeri! Presiden RI 2024 harus mewarisi kemampuan rendah hati dan bekerja sama. Bukan one man show.

Apa yang dilakukan Jokowi adalah menyiapkan suksesi dengan cara yang jauh lebih baik dari siapa pun. Menempatkan semua yang potensial untuk menunjukkan prestasinya, melalui semua kebijakan dan tindakan nyata yang dapat dinilai masyarakat. Bukan terpaku pada satu dua calon saja. Tidak juga dengan cara pencitraan yang mulai terasa jadul, framing.

Sedikit pesan untuk para sponsor dan buzzer, cara gaprak menggaprak kelihatannya akan segera berlalu. Kolaborasi bukan eliminasi….

Iwan Raharjo

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *