Indonesia tidaklah sederhana. Indonesia istimewa. Dari Sabang sampai Merauke, dengan banyaknya kekayaan, keunikan, kebudayaan, keindahan, bahasa, bahkan kedalaman unsur kehidupan yang dimiliki oleh setiap suku di Indonesia. Indonesia juga merupakan negara yang strategis. Dengan luas Indonesia seluruhnya mencapai 5.193.250 km2, Indonesia menjadi salah satu negara dengan luas daratan dan lautan yang sangat besar.
Belum lagi jumlah pulau di Indonesia yang sudah diklaim kenamaannya. Indonesia memiliki 17.491 pulau menurut berita acara penetapan jumlah pulau hasil validasi dan verifikasi pada 2019. Wah, banyak sekali daerah yang harus diperhatikan dan dikembangkan. Bagaimana ya memikirkan seantero pulau ini supaya tetap dapat dirangkul dan dimajukan? Pernah membayangkan bagaimana presiden kita menyikapi Indonesia dalam segala keberadaannya ini?
Setiap presiden memiliki kiprahnya masing-masing. Kiprah yang masih terus kita ingat sampai detik ini. Mulai dari presiden pertama Indonesia: Soekarno, yang dikenang sebagai sang proklamator dan pencetus Pancasila sebagai dasar negara. Disusul Soeharto, sebagai bapak pembangunan Indonesia. Lalu, ada B.J. Habibie, bapak teknologi Indonesia; Gus Dur, bapak pluralisme yang mengedepankan toleransi; Megawati, sebagai penggerak demokrasi; Soesilo Bambang Yudoyono; dan disusul Jokowi, bapak infrastruktur Indonesia, yang masih menjabat sebagai presiden RI sampai sekarang ini.
Ketujuh presiden RI ini tidak semuanya memiliki masa jabatan yang sama. Tidak semuanya dipilih berdasar pemilu. Namun, bisa kita pastikan bahwa pemimpin yang terkesan di hati dan pikiran rakyat adalah pemimpin yang rela memperjuangkan kesejahteraan rakyat dan hasilnya menyentuh langsung kehidupan rakyat. Tentu saja para pemimpin negeri ini dan segenap jajaran di kabinetnya memberi sumbangsih kepada Indonesia sesuai dengan kapasitas dan keuletannya masing-masing.
Dari awal kepemimpinan yang dipegang oleh Soekarno hingga kini dipimpin oleh Jokowi, semua merupakan satu proses berkesinambungan untuk memperjuangkan Indonesia menuju negara yang lebih baik. Tak pelak, dalam setiap kepemimpinan mereka pun ada pro kontra yang selalu mengiringi sepak terjang kerja mereka. Tak terkecuali pada masa pemerintahan Jokowi hingga saat ini.
Jokowi yang menjabat sebagai presiden selama dua priode (2014 – 2019 dan 2019 – sekarang) melakukan banyak gebrakan bagi Indonesia. Mulai dari pembangunan sumber daya manusia, pembangunan infrastruktur, penyederhanaan regulasi, penyederhanaan birokrasi, sampai transformasi ekonomi.
Meski tidak berasal dari lingkaran elite politik, yang biasanya mengisi ruang kepemimpinan skala nasional, Jokowi dapat terus mengalami perkembangan yang signifikan sampai puncak. Diawali dari kepemimpinannya sebagai walikota, Jokowi akhirnya memimpin negeri ini sebagai presiden. Pengalaman hidup, kecerdasan, kepedulian, dan kearifan menyatu sehingga dapat merespons segala bentuk permasalahan di Indonesia dengan kacamata yang tepat.
Telah mengalami berbagai macam kesulitan hidup membuat Jokowi bisa membumi dalam mencari solusi bagi negeri ini. Pernah merasakan hidup di pedesaan membuatnya tahu bahwa listrik menjadi suatu kemewahan. Pernah hidup di bantaran Kali Anyar, berpindah-pindah rumah, bergaul dengan masyarakat kalangan bawah, dan selalu melihat kemiskinan makin meluas, membuatnya akrab dengan yang namanya perjuangan. Hidup di tengah-tengah kemiskinan juga membuatnya memiliki rasa tepa selira yang terbangun ketika berelasi dengan para tetangga. Banyak pendidikan karakter yang secara tidak langsung Jokowi dapatkan dari masa lalunya di sana.
Pasti tidak mudah bagi seorang Jokowi berkecimpung dalam dunia politik. Namun, berbekal pengalaman hidup, karakter yang selalu ditempa, dan wawasan yang terus berkembang membuatnya mampu menjadi pemimpin yang mengayomi rakyat. Jokowi memimpin Indonesia dengan tenang. Kecerdasan emosionalnya bisa diacungi jempol, terlihat dari bagaimana dia merespons setiap kontra atau fitnah yang ditujukan kepadanya. Mulai dari pro-asing, larangan azan, kriminalisasi ulama, perkawinan sejenis, penghapusan pendidikan agama, sampai anggota PKI. Menjadi orang yang tidak temperamen menjadi kelebihan seorang Jokowi sehingga semua tuduhan atau fitnah tersebut tidak ada yang menggoyahkan dirinya. Ia terus maju demi Indonesia.
Jokowi memandang Indonesia dengan sayang. Dari seluruh pelosok negeri ini, segala kekurangan dan kelebihannya dipikirkannya dengan saksama dan dibenahi secara berkala. Infrastruktur dibangun dengan sangat baik. Dalam periode 2014 – 2019 sudah terdapat 22 jalan tol dan pada tahun ini 17 jalan tol akan selesai konstruksinya dan dapat segera dioperasikan.
Tidak hanya memperlancar transportasi, keberadaan jalan tol ini juga mendulang kesejahteraan masyarakat di sekitarnya, termasuk UMKM-UMKM juga diberi kesempatan untuk melebarkan sayapnya di rest area-rest area yang dibangun. Sangat potensial sekali implementasi perencanaan pembangunan infrastruktur yang digagas oleh Jokowi ini.
Adanya pembangunan jalan tol juga membuka akses bagi daerah-daerah yang selama ini terisolir. Memberi secercah harapan kepada mereka untuk meraih kesejahteraan yang semestinya. Berkaca dari sulitnya kehidupan Jokowi pada masa lalu juga membuatnya yakin bahwa pendekatan manusiawi yang dilakukannya akan sangat efektif. Setiap orang pasti memiliki hati dan pikiran untuk bisa diajak ngobrol atau berdiskusi. Karena itulah, Jokowi melakukan pendekatan ini untuk menyelesaikan urusan-urusan terkait agraria dan taraf hidup warga.
Mengenai pendidikan, “hanya dengan bersekolah, hidup manusia bisa berubah”, ini menjadi nasihat orang tua Jokowi terhadap dirinya. Dengan segala keterbatasan pada masa itu, Jokowi bisa mengenyam pendidikan dengan penuh keringat dan perjuangan. Alhasil, bagi Jokowi, pendidikan adalah kunci untuk membuka pintu-pintu kesejahteraan dalam hidup seseorang.
Dengan imajinasi yang sederhana, “bisa sekolah, menjadi pintar, dan negara harus ada di sana” membuat Jokowi terus mengupayakan yang terbaik bagi anak-anak Indonesia. Adanya Program Indonesia Pintar diharapkan dapat memperluas akses pendidikan bagi seluruh anak di Indonesia. Jokowi sangat tidak rela anak-anak Indonesia putus sekolah dan tidak bisa mengenyam pendidikan seperti yang seharusnya.
Masih banyak area lainnya yang dipandang Jokowi dengan sayang: pariwisata, ekonomi, kesehatan (termasuk penanganan Covid-19), perhutanan, sumber daya manusia, dan segala macam infrastruktur yang sedang diupayakan. Jika dirasakan, pasti setiap sisi pelosok negeri ini memberikan kesan di hati, bahkan sampai meneteskan air mata. Teringat betul bagaimana Jokowi pernah meneteskan air mata ketika berkunjung di NTT. Indonesia ada dalam hatinya.
Indonesia istimewa dengan beragam suku, bahasa, dan budayanya. Indonesia perlu dipedulikan dalam setiap aspeknya. Indonesia perlu diangkat dari segala bentuk kemiskinan struktural. Indonesia harus terus didoakan dalam setiap kedamaian dan gejolak yang ada. Indonesia yang terus disayanginya. Ya, Jokowi memandang Indonesia dengan sayang. Namanya orang sayang, pasti selalu ingin melakukan yang terbaik. Jokowi sudah, sedang, dan masih akan terus melakukan yang terbaik bagi Indonesia.
HUT Republik Indonesia ke-76 tahun menjadi peringatan kemerdekaan Indonesia yang sungguh-sungguh akan mengesankan. Seiring perjalanan Indonesia dari masa ke masa, tahun ini kita akan sama-sama merayakan Indonesia dengan dipimpin presiden yang berhati besar bagi Indonesia. Jokowi telah “selesai dengan dirinya sendiri” sehingga kepemimpinannya tidak bertendensi macam-macam, apalagi untuk kepentingannya sendiri. Indonesia merdeka! Indonesia dalam kepemimpinan seseorang yang memiliki beribu sayang untuknya.