Survey Capres dan Realitasnya dalam Pemilu (bagian 3)

Sekarang mari kita lihat Survey Capres 2024 yang dilakukan baru-baru ini. Tiga lembaga survey terkenal yakni Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Charta Politika Indonesia, dan Indikator Politik Indonesia, menempatkan Prabowo menempati urutan paling pertama sebagai sosok yang dianggap masyarakat bisa masuk ke bursa Calon Presiden 2024.

Survey SMRC pada 28 Februari- 8 Maret 2021 bahkan masih mendudukkan Presiden Jokowi di urutan pertama dengan persentase 13,4% diikuti Prabowo dengan 15,2%. Baik Jokowi dan Prabowo mengalahkan kandidat lain seperti Gubernur DKI Anies Baswedan (5,4%), Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo (6,1%), dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (2,2%). Nama Sandiaga Uno juga terpilih dengan 3,1% serta Basuki T Purnama dengan 2,0%.

Survei yang dilakukan Charta Politika Indonesia pada 20-24 Maret 2021, nama Prabowo Subianto kembali menempati urutan teratas dengan persentase 19,4%. Prabowo mampu mengalahkan 17 nama beken lainnya yang masuk dalam bursa capres 2024. Diikuti Ganjar Pranowo dengan 16,0%.. Anies Baswedan dengan 12,6%, Sandiaga Uno dengan 9,3% dan AHY hanya 4,8%.

Hasil survei Lembaga survei Indikator Politik Indonesia yang digelar pada 4-10 Maret sedikit berbeda. Pada survey yang berasal dari suara milenial, Prabowo dikalahkan oleh Anies Baswedan. Prabowo hanya menempati urutan kelima dengan persentase 9,5%. Hasilnya 15,2% anak muda memilih Anies Baswedan menjadi presiden. Burhanuddin Muhtadi selaku Direktur Eksekutif menerangkan, suara Anies Baswedan disumbang oleh pemilih Prabowo-Sandi saat Pilpres 2019. Ini yang kemudian membuat suara Prabowo menjadi terbagi.

“Nah, secara umum, sesuai dengan temuan kami juga pemilih Pak Jokowi itu nyebar, sementara Anies paling banyak, dia mendapatkan dukungan diantara mereka yang mencoblos Pak Prabowo-Sandi di 2019 kemarin,” tuturnya. Ganjar Pranowo mendapat 13,7%. Ridwan kamil 10,2%. Serta AHY hanya 4,1%.

Lembaga Survei KedaiKOPI menemukan nama Presiden Joko Widodo masih masuk di jajaran teratas calon presiden 2024, meski sudah menjabat selama dua periode. Direktur Eksekutif Lembaga Survey KedaiKOPI, Kunto Adi Wibowo menyebut Jokowi menempati peringkat keduadengan elektabilitas 18,5%. Prabowo tetap teratas dengan elektabilitas 24,5 persen. Sementara itu, di bawah Jokowi ada sejumlah nama, seperti Ganjar Pranowo (16 persen), Ridwan Kamil (13,3 persen), dan Anies Baswedan (12,5 persen).

Dalam artikel KOMPAS.com tanggal 23 Februari 2020, Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno mengatakan, salah satu alasan masyarakat memilih kandidat capres-cawapres yaitu dengan melihat kebiasaan mereka dalam bekerja. Berdasarkan hasil survei PPI dan Politika Research Consulting (PRC) saat itu, sebanyak 45,2 persen responden memilih sosok capres dan cawapres yang lebih banyak mengunjungi warga dan melihat masalah di lapangan.

Sementara, sebanyak 29,7 persen memilih sosok yang dianggap lebih tanggap dalam mengatasi masalah darurat (29,7 persen). “Kalau parpol mau mengusung capres, cari yang paling sering blusukan dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat,” kata Adi saat memaparkan hasil survei gabungan di Hotel Gren Alia Cikini, Jakarta, Minggu (23/2/2020).

Menurut Adi, tidak sedikit calon presiden yang cukup populer di berbagai sosial media, namun pada kenyataannya di level akar rumput justru memiliki elektabilitas rendah karena kurang berinteraksi dengan masyarakat.

Selain kebiasaan kerja, sejumlah kriteria lain seperti kepribadian, kriteria sosiologis, moral, latar belakang profesi, jenis kelamin, suku, dan agama. Dari aspek kepribadian, sosok yang jujur dan anti korupsi,tegas dan berani dalam mengambil tindakan diprediksi akan memiliki elektabilitas tinggi. Sementara dari aspek latar belakang, mereka yang berasal dari kalangan profesional, tokoh agama, dan TNI (15,2 persen) diprediksi cukup dijagokan masyarakat.

Direktur Eksekutif SMRC Sirajuddin Abbas, Kamis (1/4) menilai Prabowo Subianto memiliki elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden di 2024. Namun kurang meyakinkan karena lebih rendah dibanding elektabilitas Jokowi tiga tahun sebelum Pilpres 2019 yakni 30 persen. Abbas menilai elektabilitas Prabowo saat ini masih kurang meyakinkan.

Menurut Abbas, kondisi Maret 2021 atau tiga tahun menjelang pilpres 2024 mirip dengan kondisi pada Maret 2011 lalu. Sama-sama belum ada calon yang mendominasi perolehan suara dalam hasil survei.
Ia mencontohkan pada Mei 2011 Megawati mendapat dukungan paling besar, 20,3 persen kemudian Prabowo 10,2 persen. Sementara kala itu nama Jokowi belum muncul menjadi tokoh dengan elektabilitas tinggi lima besar. “Tapi pada Pilpres 2014 akhirnya Jokowi yang terpilih sebagai presiden. Kalau, pada Maret 2021 ini elektabilitas Prabowo 20 persen, agaknya berat baginya untuk menang dalam Pilpres 2024, bila ia maju,” kata Abbas.

Survey-survey di atas menunjukkan, era kepemimpinan Presiden Jokowi cukup diakui keberhasilannya oleh masyarakat. Bahkan terlihat masyarakat masih belum menemukan sosok pemimpin yang kelak minimal bisa menyamai prestasi Presiden Jokowi. Bukan hanya karena keberhasilan proyk-proyek infrastrukstur, tetapi juga secara umum masyarakat merasa lebih sejahtera. Jaminan kesehatan, bensin satu harga, penanganan pandemi yang sigap, tanggap dan cepat. Terbukti pelaksanaan vaksinasi di Indonesia termasuk yang termasuk tercepat, melampaui hambatan geografis. Suatu capaian yang akan meningkatkan standar bagi calon presiden di masa depan. Meski sering didera masalah-masalah intoleransi, tapi hal tersebut tak dapat dikatakan sebagai kegagalan Beliau. Sebab semua negara di dunia ini nyaris sedang mengalami permasalahan yang sama: bangkitnya konservatisme dan intoleransi. Termasuk negeri adidaya Amerika Serikat.

Tentang Prabowo, kemunculan nama Prabowo sebagai yang teratas dalam setiap survey menunjukkan kerinduan bangsa ini pada sosok yang tegas. Meski Prabowo sendiri belum terbukti mewujudkan ketegasan tersebut. Apalagi prestasinya sebagai Menhan belum terlihat menonjol. Ditambah, tantangan zaman ke depan tidak hanya semata masalah ketegasan. Angka survey yang tak terlalu besar juga menunjukkan bahwa masyarakat juga tak cukup mantap memilih Prabowo Subianto. Ini masih ditambah dengan umur Beliau yang cukup sepuh. Akankah sigap dengan perubahan teknologi dan peradaban yang kian cepat?

Tentang capres-capres lainnya….. jangan lupa teguk artikel-artikel di Kendi berikutnya..

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *